1. Penulis Jurnal : Donna Isra Silaban, Oktafiana Medilmana, Quincly Belatrix Porsiana

        Judul Jurnal : Analisis Semiotika Makna Motivasi pada Lirik Lagu “Bangun Pemuda                                                      Pemudi”

        Halaman Jurnal : 1- 6


Tujuan

Penelitian ini mengkaji semiotika Ferdinand de Saussure, yaitu penanda dan petanda, pada kumpulan lagu karya Mahalini Raharja. Penelitian terhadap semiotika Ferdinand de Saussure pada lirik lagu telah banyak dilakukan, namun kumpulan lagu karya Mahalini Raharja dengan judul lagu "Kisah Sempurna," "Sisa Rasa," "Melawan Restu," dan "Bawa Dia Kembali" belum pernah diteliti dari aspek semiotika Ferdinand de Saussure. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana semiotika Ferdinand de Saussure, yaitu penanda dan petanda, pada kumpulan lagu karya Mahalini Raharja? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasi semiotika Ferdinand de Saussure, yaitu penanda dan petanda, pada kumpulan lagu karya Mahalini Raharja. 

Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode analisis konten. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi non partisipan dan studi pustaka. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi teori. Dalam penelitian ini, peneliti membuat interpretasi dengan membagi lirik lagu karya Mahalini Raharja menjadi beberapa baris, dan yang termasuk data akan dianalisis menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah data semiotika Ferdinand de Saussure dalam kumpulan lagu Mahalini Raharja berjumlah 28 data.


Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moelong (2021:6), pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian, seperti tindakan, motivasi, dan lain sebagainya, serta dengan menuangkannya dalam bentuk kata-kata maupun bahasa pada suatu konteks alamiah dan metode alamiah. Metode yang digunakan adalah analisis konten dengan menemukan konten atau isi dari penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi non partisipan dan studi pustaka, dengan mengamati objek yang diteliti tanpa terlibat langsung dan dengan membaca serta mencatat data yang didapat (Mukhlis & Asnawi, 2019). Teknik analisis data yaitu peneliti membuat interpretasi dengan membagi lirik lagu karya Mahalini Raharja menjadi beberapa baris, dan yang termasuk data akan dianalisis menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi teori, yaitu melakukan pencocokan antara hasil penelitian dengan teori yang digunakan.


Hasil Penelittian

Data yang dianalisis dalam penelitian ini bersumber dari kumpulan lagu karya Mahalini Raharja yaitu "Kisah Sempurna," "Sisa Rasa," "Melawan Restu," dan "Bawa Dia Kembali," dengan total 28 data. Dalam lirik lagu karya Mahalini Raharja, banyak menceritakan kisah cinta yang berujung pada patah hati. Penulis membagi lirik lagu karya Mahalini Raharja menjadi beberapa baris, dan selanjutnya yang termasuk data akan dianalisis menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda dan petanda dalam sebuah kalimat bisa memiliki makna yang berbeda dari lirik sesungguhnya.


Kesimpulan

Kumpulan lagu karya Mahalini Raharja, yaitu "Kisah Sempurna," "Sisa Rasa," "Melawan Restu," dan "Bawa Dia Kembali," menceritakan tentang patah hati. Patah hati karena ditinggal pasangan atau seseorang yang dicintai merupakan cobaan yang berat, yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Lirik lagu karya Mahalini Raharja akan memiliki makna yang sangat luar biasa jika dikaji secara mendalam, terutama dengan menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure, yaitu penanda dan petanda. Semiotika Ferdinand de Saussure menjelaskan semua maksud dari lirik lagu karya Mahalini Raharja dengan sangat jelas.


2. Penulis Jurnal : Lalu Purnama Zulkarnain

        Judul Jurnal : Analisis Semantik Pada Lirik Lagu Sasak Jojoq Gedang

        Halaman Jurnal : 1- 18


Tujuan

Lirik lagu adalah salah satu ragam sastra yang diminati oleh berbagai kalangan maupun usia di masyarakat. Tidak hanya sekadar untuk mendengarkan lirik dinyanyikan, beberapa orang juga tertarik untuk memproduksi sebuah lirik lagu. Dalam hal bahasa, lirik cenderung bebas dan tidak terikat oleh aturan-aturan khusus. Banyaknya penggunaan bahasa-bahasa kias membuat kita terkadang sulit untuk memahami makna yang terkandung di balik kata-kata indah dalam lirik lagu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam lirik lagu bahasa Sasak yang berjudul "Jojoq Gedang" dengan menggunakan analisis semantik yang berfokus pada penganalisisan makna leksikal, makna referensial, dan makna kias. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa lirik lagu ini dapat dianalisis menggunakan kajian semantik.


Metode

Metode yang digunakan dalam menganalisis puisi "Cintaku Jauh Di Pulau" karya Chairil Anwar ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, atau disebut sebagai metode penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono (2016, hlm.8) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian di bidang antropologi budaya; dan disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Pada penelitian ini, kami mengkaji data yang ada berupa puisi "Cintaku Jauh di Pulau" dengan memfokuskan pada beberapa jenis makna yang terdapat pada ilmu semantik, yaitu makna leksikal, makna referensial, makna gramatikal, dan makna kias. Dalam penelitian ini, kami mendeskripsikan hasil analisis dengan cara membuat beberapa tabel sehingga analisis ini dapat terstruktur dan terkonsep dengan jelas. Penganalisisan dilakukan dengan menganalisis kata per kata lalu dilanjutkan dengan per kalimat.


Hasil Penelitian

Pengkajian lirik lagu menggunakan metode semantik berusaha menalarkan kata-kata yang terdapat dalam puisi tersebut dengan dibatasi oleh jenis-jenis makna, seperti makna leksikal, makna gramatikal, makna referensial, dan makna kias. Ismail (2016, hlm.142) mengemukakan bahwa metode analisis semantik berupaya mengkaji distribusi kosakata berupa tema-tema yang membentuk jaringan makna serta jaringan konseptual dalam sebuah medan semantik dengan menelusuri dan mengombinasikan unit-unit makna kosakata dari unit yang paling elementer (tendensi/kecenderungan makna) hingga unit yang paling sentral (terma). Hal ini berarti, pengkajian lirik lagu bahasa Sasak "Jojoq Gedang" menggunakan analisis semantik berusaha menganalisis kosakata dari yang paling dasar hingga mencapai inti maknanya


3. Penulis Jurnal : Daroe Iswatiningsih, Fauzan

        Judul Jurnal : Semiotika budaya kemaritiman masyarakat Indonesia pada syair lagu

        Halaman Jurnal : 1- 16


Tujuan

Syair lagu adalah rangkaian dan tatanan kata indah yang diberi notasi dan dilagukan. Syair lagu memuat simbol-simbol pesan yang hendak disampaikan pencipta kepada pendengarnya. Simbol dalam syair lagu tidak mudah dimengerti dan memerlukan penafsiran. Pencipta lagu menggunakan simbol verbal pada syair lagu guna mewakili segala hal terkait dengan maksud, harapan, perasaan, serta kondisi yang terjadi di lingkungan fisik, serta menerjemahkan kehidupan di dunia yang diketahuinya. Untuk memahami sistem tanda yang menggambarkan budaya kemaritiman dalam syair lagu, digunakan pendekatan semiotik.


Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan mengkaji bahasa berupa tanda atau simbol dalam syair lagu kemaritiman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mendokumentasikan lagu di Museum Musik Indonesia (MMI) di Malang serta eksplorasi di internet. Data berupa aspek kebahasaan yang mengandung sistem tanda budaya kemaritiman dari 14 lagu. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan bentuk penanda dan petanda budaya kemaritiman pada syair lagu dan aspek budaya kemaritiman masyarakat Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan penanda dan petanda yang mencerminkan budaya kemaritiman dalam syair lagu, serta empat aspek sistem budaya masyarakat maritim, meliputi sistem mata pencaharian hidup, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem pengetahuan, dan sistem keorganisasian sosial. Lagu-lagu kemaritiman Indonesia merepresentasikan budaya kemaritiman masyarakat pesisir melalui simbol-simbol tanda yang ada. Oleh karena itu, lagu merupakan rekaman budaya masyarakat di masanya.


Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan tujuan mendeskripsikan hasil temuan berupa simbol-simbol kebahasaan yang menggambarkan budaya kemaritiman (Creswell, 2010). Aspek budaya yang digali mencakup enam komponen dalam konsep Koentjaraningrat dan Kluckhohn. Penelitian ini menggunakan data bahasa berupa bahasa pada lagu-lagu kemaritiman yang dinyatakan dalam ekspresi tanda atau simbol, makna, dan konteks budaya kemaritiman yang mencakup (a) sistem peralatan hidup dan teknologi, (b) sistem mata pencaharian, (c) sistem pengetahuan, (d) sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, (e) kesenian, dan (f) sistem religi, serta (g) nilai-nilai sosial dan sistem budaya.


Berdasarkan lagu-lagu kemaritiman yang menggambarkan budaya masyarakat maritim, peneliti mengidentifikasi syairnya berdasarkan ketiga fokus yang dikaji, yakni bentuk simbol yang mereferensi pada budaya maritim, makna, dan konteks yang membangunnya. Sumber data berupa syair lagu-lagu yang dieksplorasi peneliti dari kaset yang tersimpan di Museum Musik Indonesia (MMI) di Malang, YouTube, dan sumber internet.


Peneliti telah berkunjung ke MMI untuk mengobservasi koleksi lagu dan melakukan wawancara kepada ketua MMI tentang lagu kemaritiman yang dimiliki. Dari hasil wawancara diperoleh 30 judul lagu beserta pencipta dan penyanyinya. Setelah ditelaah berdasarkan aspek semiotik, maka dipilih 14 lagu. Adapun rincian lagu berikut ini: 1) Perahu Retak (Franky Sahilatua); 2) Tanjung Perak (Waldjinah); 3) Gulagalugu (Leo Kristi); 4) Rayuan Pulau Kelapa (Ismail Mardzuki); 5) Kolam susu (Koes Plus); 6) Tampomas (Iwan Fals); 7) Telur Bayur (Erni Johan); 8) Tak Biru Lagi Lautku (Iwan Fals); 9) Nelayan (Iwan Fals); 10) Nyanyian Pantai (Leo Kristi); 11) Nelayan Tua (Bimbo); 12) Lenggak Lenggok Badai Lautku (Leo Kristi); 13) Balada pelaut (Titiek Puspa); dan 14) Nenek Moyangku Seorang Pelaut.


Dari empat belas lagu tersebut, selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif dengan pendekatan semiotik Saussure dan pengembangannya Barthers. Pendekatan semiotika Saussure menekankan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan memilah antara signifier (penanda) dan signified (petanda). Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, yang disebut signifikasi. Kajian tanda pada Barthers dikembangkan dari turunan Saussure pada pengembangan makna konotasi (Haryadi, 2016).


Teknik analisis data menggunakan analisis interpretasi teks yang dilakukan dengan mengidentifikasi keseluruhan syair lagu yang memuat budaya kemaritiman, mengelompokkan aspek budaya kemaritiman yang digambarkan, serta menafsirkan tanda-tanda berdasarkan makna dalam mengungkap signifier dan signified. Terakhir, peneliti menyimpulkan budaya kemaritiman objek dan pemaknaannya berdasarkan keterkaitan yang terdapat dalam syair lagu yang diciptakan dan dipopulerkan di Indonesia.


Hasil Penelitian

Penanda (signifier) dan petanda (signified) hadir dalam konteks komunikasi yang disampaikan melalui syair lagu kemaritiman. Bentuk penanda yang merepresentasikan kemaritiman mencakup frasa dan klausa yang merujuk pada perahu, yang merupakan alat sehari-hari para nelayan di lautan. Petanda yang diwakili oleh sign ini adalah perahu sederhana yang mampu berlayar di tengah gelombang lautan, namun juga rentan tenggelam.


Beberapa penanda lain menunjukkan simbol peralatan saat melaut, seperti "jala", "jala pukat", "kail", "umpan", dan "tambang", yang menandakan peralatan sederhana untuk menangkap ikan di laut lepas. Kondisi ini menggambarkan betapa beratnya profesi nelayan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, terutama jika hasil tangkapannya tidak sebanding dengan perjuangan yang dilakukan.


Sistem tanda yang menunjukkan kehidupan nelayan yang memprihatinkan tercermin dalam syair lagu yang menyebutkan "nelayan tua", "nelayan sendiri mencari nafkah", "nelayan ditelan hiu", dan "nelayan hilang di lautan". Hal ini menggambarkan seorang nelayan tua yang mencari nafkah sendiri di lautan yang luas dan penuh tantangan, dan pada akhirnya menghadapi bencana di lautan.


Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, semangat dan keberanian masyarakat pesisir untuk tetap memanfaatkan sumber daya laut sebagai sumber kehidupan tetap tinggi. Tanda-tanda kebahasaan dalam syair lagu tersebut menunjukkan bahwa seorang pelaut (nelayan) tidak boleh takut terhadap ombak dan badai, karena hal tersebut sudah menjadi hal biasa, dan buih-buih di laut dianggap sebagai keindahan dalam kehidupan.


Penanda budaya kemaritiman pada masyarakat Indonesia yang terdapat dalam syair lagu tersebut mencakup empat unsur, yaitu sistem mata pencaharian hidup, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem pengetahuan, dan sistem keorganisasian masyarakat. Sistem mata pencaharian hidup ini melibatkan nelayan sebagai pemenuh kebutuhan hidup mereka dengan mencari ikan atau sumber alam lainnya di lautan. Meskipun penuh tantangan, mereka terus berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sebagaimana tergambar dalam syair lagu yang dianalisis.


Kesimpulan

Penanda budaya masyarakat maritim tercermin dalam simbol benda materi yang digunakan sehari-hari, baik sebagai sistem mata pencaharian hidup, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem pengetahuan, maupun sistem keorganisasian kemasyarakatan. Syair lagu kemaritiman merepresentasikan budaya masyarakat pesisir melalui tanda-tanda yang bersifat arbitrer, baik yang memiliki makna konotasi maupun denotasi.


Budaya kemaritiman yang digambarkan dalam syair lagu mencerminkan kehidupan masyarakat pesisir dengan menunjukkan penanda tentang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari beserta peralatan yang digunakan. Peralatan tersebut merupakan hasil dari pemahaman pengetahuan yang dimiliki untuk memastikan kelangsungan hidup. Sistem organisasi sosial juga terbangun kuat sebagai bentuk hubungan kekerabatan yang kokoh.


Petanda yang mencerminkan makna tanda tentang budaya masyarakat maritim meliputi perjuangan hidup nelayan, kemiskinan di kalangan masyarakat pesisir, semangat dan keberanian dalam mengarungi samudera, kesuburan dan kekayaan sumber daya alam laut, serta keindahan panorama alam di wilayah pesisir. Masyarakat pesisir memiliki kedekatan yang erat dengan alam dan memiliki semangat yang tangguh dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan. Komitmen ini penting untuk dipertahankan dan diperkuat, sambil terus berupaya mengembangkan diri agar dapat memanfaatkan potensi kekayaan laut secara maksimal demi meningkatkan taraf kesejahteraan hidup.


Ucapan terima kasih disampaikan kepada pimpinan Universitas Muhammadiyah Malang, termasuk bapak rektor dan jajaran wakilnya, atas fasilitas yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian. Juga, terima kasih kepada DPPM Universitas Muhammadiyah Malang atas dukungan dan fasilitasi teknis dalam penelitian, serta kepada pimpinan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.


4. Penulis Jurnal : Septia Winduwati

        Judul Jurnal : Representasi Seks Bebas Pada Lirik Lagu Dangdut (Analisis Semiotika                                                  Saussure Pada Lirik Lagu “CINTA SATU MALAM”)

        Halaman Jurnal : 1- 13


Tujuan

Penelitian ini membahas bagaimana lagu dangdut "Cinta Satu Malam" yang dipopulerkan oleh Melinda pada tahun 2009 merepresentasikan seks bebas. Dengan menggunakan konsep musik sebagai karya atau produk komunikasi massa dan representasi dalam teori kajian budaya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana seks bebas direpresentasikan dalam sebuah lagu dangdut. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik analisis teks wacana semiotika Saussure untuk membedah dan mengkaji lirik lagu tersebut.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam lirik lagu "Cinta Satu Malam" secara eksplisit merepresentasikan fenomena seks bebas sebagai salah satu realitas sosial. Hal ini juga menunjukkan adanya pergeseran nilai bahasa, khususnya dalam pemilihan kata pada lagu dangdut.


Musik merupakan bentuk hiburan yang digunakan oleh media massa untuk menyampaikan berbagai pesan yang diangkat dari masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari melalui lirik lagu. Musik juga merupakan media untuk mengungkapkan realitas kehidupan manusia pada umumnya, termasuk kehidupan sosial. Dalam konteks ini, pesan atau makna dalam musik bervariasi tergantung pada realitas sosial dan ideologi masing-masing kelompok, termasuk musik dangdut.


Lirik lagu dalam musik merupakan ekspresi dari pencipta lagu yang menggunakan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan daya tarik. Dangdut, sebagai salah satu genre musik yang berkembang di Indonesia, merepresentasikan realitas hidup masyarakat, khususnya kelas masyarakat bawah. Lirik lagu dangdut seringkali mencerminkan realitas kehidupan sehari-hari, termasuk masalah-masalah seperti percintaan, perselingkuhan, pacaran, dan bahkan pola hidup bebas seperti seks bebas.


Dangdut dikatakan memiliki keterikatan dengan budaya populer yang berkembang di masyarakat, dan perkembangan musik dangdut sangat erat pula dengan selera masyarakat. Lagu dangdut seperti "Cinta Satu Malam" mencoba menggambarkan realitas masyarakat pada saat yang bersamaan menjadi media hiburan yang menarik perhatian banyak orang. Representasi dalam media, termasuk dalam musik dangdut, merupakan penggunaan tanda-tanda untuk menampilkan kembali sesuatu yang dirasakan atau dibayangkan dalam bentuk fisik, yang dianggap sebagai realitas dalam kehidupan sosial masyarakat.


Metode

Penelitian ini mengadopsi paradigma konstruktivis, sejalan dengan referensi Nazir (2003). Secara ontologis, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap realitas yang terkandung dalam lirik lagu "Cinta Satu Malam" yang mencerminkan (1) konstruksi sosial yang relatif dalam masyarakat, yang perlu diselidiki; (2) secara epistemologis, penelitian ini mencoba menganalisis isi teks lirik lagu "Cinta Satu Malam" untuk memahami realitas yang ada; (3) secara aksiologis, penelitian ini bertujuan untuk membantu audiens melihat rekonstruksi sosial yang terjadi dalam masyarakat melalui analisis lirik lagu; (4) secara metodologis, penelitian ini berupaya merefleksikan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan menekankan empati terhadap fenomena yang diamati melalui analisis isi teks lirik lagu "Cinta Satu Malam".


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif karena hanya menyajikan analisis teks yang menggambarkan realitas sosial yang tersirat dalam lirik lagu "Cinta Satu Malam". Lagu ini dipilih karena popularitasnya di masyarakat dan karena liriknya secara eksplisit mengangkat fenomena sosial, seperti seks bebas, yang saat ini menjadi topik yang umum dibicarakan.


Lirik lagu "Cinta Satu Malam" dipilih sebagai unit analisis karena penelitian ini menggunakan teori semiotika sebagai dasar pemikirannya. Analisis lirik lagu ini akan mengacu pada teori Semiotika Saussure, yang membedakan antara signifier (penanda, bentuk) dan signified (petanda, makna), serta hubungan antara keduanya. Dalam konteks ini, signifier adalah aspek material, seperti bunyi atau coretan, yang membawa makna, sedangkan signified adalah gambaran mental atau konsep yang timbul dari bahasa. Pemilihan kata dan tanda dalam masyarakat didasarkan pada perilaku kolektif atau kesepakatan (Fanani, 2013).


Hasil Penelitian

Lagu "Cinta Satu Malam" adalah salah satu lagu dangdut dengan irama house music yang menceritakan tentang pengungkapan perasaan seseorang yang mengalami "cinta" dalam waktu semalam. Lagu ini dibawakan oleh Melinda, yang lahir pada 29 Mei 1982 di Jakarta. Dikenal dengan nama panggilan Meli, ia merilis single terbarunya, "Cinta Satu Malam", pada awal November 2009 sebagai bagian dari album keenamnya.


Jika dianalisis secara keseluruhan, lagu ini menggambarkan perasaan si penyanyi yang pernah mengalami "cinta satu malam". Konsep "cinta satu malam" dalam lagu ini mengacu pada hubungan yang singkat dan mungkin tidak resmi antara dua orang, sering kali berkonotasi dengan hubungan gelap atau tindakan yang terjadi dalam hubungan seksual/intim yang hanya berlangsung dalam satu malam.


Si penyanyi menggambarkan perasaan bahagia saat mengingat hubungan tersebut, terutama saat keningnya dikecup mesra oleh pasangannya. Kata "mesra" menunjukkan kedekatan yang intim antara si penyanyi dan pasangannya, serta kebahagiaan yang dirasakan seperti berada di surga. Si penyanyi menggambarkan perasaan ini sebagai pengalaman yang indah, bahkan mengagumi keindahan perbuatan dan merasa "melayang" oleh sensasi tersebut.


Setelah menggambarkan perasaan dan sensasi yang dialaminya, si penyanyi menyatakan bahwa ia akan mengingat hubungan tersebut sepanjang hidupnya. Ini menunjukkan bahwa hubungan itu memiliki arti yang sangat berharga baginya dan akan selalu diingat.


Kata "sentuhan" dalam lirik juga mengandung konotasi kontak fisik yang bisa membuat si penyanyi merasa terbuai dan terlena. Kontak fisik tersebut bisa berupa belaian, elusan, atau tindakan seksual lainnya.


Kesimpulan

Realitas sosial yang akan dianalisis adalah pola perilaku seks bebas di kalangan masyarakat melalui lirik lagu. Lagu yang menjadi fokus penelitian ini adalah lagu dangdut berirama house music berjudul "Cinta Satu Malam" yang mengangkat tema 'cinta semalam'. Bahasa yang terdapat dalam lirik lagu tersebut secara eksplisit merepresentasikan fenomena seks bebas sebagai salah satu realitas sosial, serta menunjukkan adanya pergeseran nilai bahasa terutama dalam pemilihan kata pada lagu dangdut. Lirik lagu ini menonjolkan kata-kata eksplisit yang mengacu pada seks bebas sebagai topik yang umum diperbincangkan di tengah masyarakat.


Berdasarkan hasil penelitian, penulis merekomendasikan adanya penelitian serupa untuk mengkaji realitas sosial yang lebih dalam, berdasarkan lirik lagu. Penelitian tentang realitas sosial yang didasarkan pada lirik lagu dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperluas pemahaman terhadap konteks sosial dan budaya yang sedang berlangsung dalam masyarakat.


5. Penulis Jurnal : Sumartono, Ferdinal, M. Takdir, Jusmita Weriza

        Judul Jurnal : Analisis Semiotika Lirik Lagu Tanah Pusako

        Halaman Jurnal : 1- 7


Tujuan

Analisis penelitian ini menggunakan model analisis semiotika Roland Barthes dengan dua tahap signifikasi, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna denotatif dari Tanah Pusako adalah tanah yang menjadi tempat tinggal kaum perempuan dalam adat Minangkabau, yang dihuni secara turun temurun oleh kaum perempuan. Sedangkan makna konotatifnya adalah bahwa Tanah Pusako merupakan warisan dari kaum Minangkabau, bukan kepemilikan pribadi, dan oleh karena itu tidak boleh dijual. Mitos atau kepercayaan masyarakat mengenai Tanah Pusako adalah bahwa tanah tersebut adalah milik kaum dan akan menimbulkan musibah bagi siapa pun yang menjualnya.


Lagu populer Minang yang berjudul "Tanah Pusako" karya Wan Parau memiliki makna yang mendalam. Lagu ini membahas tentang permasalahan sosial di Minangkabau terkait dengan Tanah Pusako, yang memiliki aturan adat yang berbeda dengan suku lain. Lagu ini menyampaikan banyak pesan tersembunyi dalam liriknya.


Folklor lisan merupakan unsur budaya yang kuat dalam masyarakat Minangkabau, termasuk lagu-lagu berbahasa Minangkabau yang dikategorikan sebagai folklor lisan. Lagu-lagu ini mencerminkan pola hidup, filosofi, dan ideologi masyarakat Minangkabau.


Meskipun lagu Minang "Tanah Pusako" termasuk dalam musik Minang modern yang menggunakan teknologi dan instrumen musik masa kini, bahasa dan penyampaian pesannya tetap mengikuti tradisi asli Minangkabau. Salah satu ciri khas lagu Minang adalah penggunaan pribahasa yang memiliki makna mendalam dalam liriknya.


Pendekatan konstruktif dengan metode kualitatif dipilih untuk menjelaskan lagu "Tanah Pusako" dalam konteks budaya Minangkabau. Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes dengan dua tahap, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Lagu "Tanah Pusako" menjadi objek penelitian.


Metode

Analisis penelitian ini menggunakan model analisis semiotika Roland Barthes dengan dua tahap signifikasi, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna denotatif dari Tanah Pusako adalah tanah yang menjadi tempat tinggal kaum perempuan dalam adat Minangkabau, yang dihuni secara turun temurun oleh kaum perempuan. Sedangkan makna konotatifnya adalah bahwa Tanah Pusako merupakan warisan dari kaum Minangkabau, bukan kepemilikan pribadi, dan oleh karena itu tidak boleh dijual. Mitos atau kepercayaan masyarakat mengenai Tanah Pusako adalah bahwa tanah tersebut adalah milik kaum dan akan menimbulkan musibah bagi siapa pun yang menjualnya.


Lagu populer Minang yang berjudul "Tanah Pusako" karya Wan Parau memiliki makna yang mendalam. Lagu ini membahas tentang permasalahan sosial di Minangkabau terkait dengan Tanah Pusako, yang memiliki aturan adat yang berbeda dengan suku lain. Lagu ini menyampaikan banyak pesan tersembunyi dalam liriknya.


Folklor lisan merupakan unsur budaya yang kuat dalam masyarakat Minangkabau, termasuk lagu-lagu berbahasa Minangkabau yang dikategorikan sebagai folklor lisan. Lagu-lagu ini mencerminkan pola hidup, filosofi, dan ideologi masyarakat Minangkabau.


Meskipun lagu Minang "Tanah Pusako" termasuk dalam musik Minang modern yang menggunakan teknologi dan instrumen musik masa kini, bahasa dan penyampaian pesannya tetap mengikuti tradisi asli Minangkabau. Salah satu ciri khas lagu Minang adalah penggunaan pribahasa yang memiliki makna mendalam dalam liriknya.


Pendekatan konstruktif dengan metode kualitatif dipilih untuk menjelaskan lagu "Tanah Pusako" dalam konteks budaya Minangkabau. Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes dengan dua tahap, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Lagu "Tanah Pusako" menjadi objek penelitian.


dijadikan perantara. Berbagai interpretasi lirik lagu memiliki makna yang konotatif. Akibatnya makna tersurat maupun tersirat hadir dalam lirik lagu.


Hasil Penelitian

Secara keseluruhan, makna lirik lagu yang dikaji adalah sebagai berikut: Sebuah pondok menjadi tempat tinggal yang tidak layak bagi keluarga miskin yang berdiri di atas tanah pusako di Minangkabau, terdiri dari ibu dan seorang anak, yang diselimuti oleh kesedihan karena tanah pusako tersebut akan dijual oleh saudara laki-laki atau paman. Hal ini terbukti ketika saudara laki-laki ibu atau paman anak tersebut benar-benar menjual tanah pusako tersebut tanpa rasa kasihan, mengutamakan kepentingan pribadi, sehingga keluarga tersebut terpaksa meninggalkan tanah kelahiran mereka. Setelah merantau, anaknya bekerja keras tanpa kenal lelah demi membesarkan dirinya sendiri. Ketika anaknya dewasa, ibunya meninggal di perantauan, dan ketika anaknya ingin kembali ke kampung halaman, ia kehilangan identitasnya sebagai orang Minangkabau karena tidak ada bukti yang membenarkan hal itu, kecuali tanah kuburan ibunya.


Makna dari lagu ini adalah sebagai himbauan kepada orang Minangkabau agar tidak menjual tanah pusako karena dampak buruknya tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga pada keluarga dan keturunan. Penderitaan yang disampaikan melalui lirik lagu ini sangat mendalam dan menyedihkan, menjadi peringatan bagi mereka yang akan menjual tanah pusako. Lagu ini juga menyampaikan bahwa hidup di rantau tidaklah mudah, tetapi kita harus tangguh dan bekerja keras untuk melanjutkan hidup, meskipun dihadapkan pada banyak rintangan.


Selain makna konotatif melalui lirik lagu, lagu ini juga mengandung mitos yang berkembang di masyarakat tentang tanah pusako, yang menggambarkan penderitaan yang ditimbulkan setelah menjual tanah pusako.


Dapat disimpulkan bahwa makna denotatifnya adalah bahwa tanah pusako merupakan tempat tinggal kaum perempuan di Minangkabau yang tidak boleh dijual, sementara makna konotatifnya adalah bahwa tanah pusako adalah warisan nenek moyang yang kepemilikannya bukanlah pribadi melainkan milik bersama atau suatu kaum. Selain itu, terdapat pula makna mitos yang menyatakan berbagai macam penderitaan yang akan menimpa bagi siapa saja yang menjual tanah pusako, sehingga lagu ini menyampaikan pesan agar tidak ada orang yang menjual tanah pusako untuk menghindari konflik di dalam kaum tersebut.


Kesimpulan

Makna Denotasi dalam lagu "Tanah Pusako" adalah bahwa Tanah Pusako di Minangkabau adalah tempat tinggal bagi kaum perempuan yang diwariskan secara turun-temurun dan tidak boleh dijual, seperti yang diisyaratkan dalam lirik lagu. Ini diceritakan melalui kehidupan seorang ibu dan anak yang tinggal di sebuah pondok di tanah pusako, namun tanah tersebut dijual oleh saudara laki-laki ibu atau paman, memaksa keluarga tersebut untuk pindah dan hidup di perantauan. Ibu tersebut kemudian pergi merantau dengan anaknya, bekerja keras untuk membesarkannya, dan setelah dewasa, anak tersebut merindukan kampung halaman tetapi tanah pusako sudah tidak ada lagi di Minangkabau.


Makna Konotasi dalam lagu tersebut adalah bahwa Tanah Pusako merupakan warisan dari kaum Minangkabau yang tidak boleh dijual secara individu, melainkan milik bersama kaum. Ini menggambarkan pentingnya menghormati kedudukan seorang wanita di Minangkabau dan perlunya melindungi tanah pusako sebagai tempat tinggal perempuan. Lagu juga menyiratkan bahwa seorang paman di Minangkabau memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi saudara perempuan dan kemenakannya.


Mitos yang berkembang di masyarakat seputar penjualan tanah pusako adalah bahwa menjual tanah tersebut akan mendatangkan kerugian besar dan tidak ada keberkahan. Selain itu, ada juga keyakinan akan sumpah dari nenek moyang terdahulu yang akan menjadi kenyataan dengan cepat. Meskipun kebenaran mitos ini tidak bisa dipastikan, namun telah menjadi kepercayaan di masyarakat Minangkabau.


6. Penulis Jurnal : Deddy Irawan, Dyah Atika Parapat, Hasan Sazali

        Judul Jurnal          : Analisis Semiotika Lirik Lagu “Angel Baby” Karya Troye Sivan

        Halaman Jurnal    : 1- 5


Tujuan

Lagu "Angel Baby" telah menjadi populer di kalangan masyarakat, terutama di kalangan remaja, dengan lebih dari 22 juta penonton. Ini menunjukkan bahwa lagu-lagu tentang percintaan tetap diminati oleh masyarakat.


Meskipun lagu ini berhasil memikat pendengar dan pencinta musik dengan makna yang tersirat dari liriknya serta irama musiknya, lagu "Angel Baby" menghadapi polemik terkait dengan status penyanyinya dan interpretasi liriknya. Troye Sivan, penyanyi lagu tersebut, diduga merupakan seorang pria gay, dan lirik lagunya dituduh terinspirasi dari pengalaman pasangan gay dan anaknya.


Dugaan tersebut membuat kejutan bagi pendengar lagu dan penggemar Troye Sivan. Fakta bahwa Troye Sivan adalah seorang gay telah dikonfirmasi olehnya sendiri sejak tahun 2013, seperti yang dilaporkan oleh berbagai media termasuk situs kuyou.id.


Meskipun begitu, tudingan bahwa lirik lagunya terinspirasi dari pengalaman pasangan gay-nya tidaklah benar. Sebuah unggahan di TikTok pribadinya mengklarifikasi bahwa lagu tersebut sebenarnya terinspirasi dari ibunya, bukan pasangan dan anaknya. Troye Sivan menjelaskan bahwa ketika ia masih bayi, ibunya pernah mengatakan bahwa tangisannya terdengar seperti malaikat, dan sepuluh tahun kemudian ia menulis lagu "Angel Baby" berdasarkan pengalaman tersebut.


Jadi, dapat disimpulkan bahwa Troye Sivan adalah seorang pria Australia yang gay dan lagu "Angel Baby" tidak terinspirasi dari pasangan dan anaknya, melainkan dari pengalaman dengan ibunya. Selain itu, Troye Sivan juga menyatakan bahwa ia belum menikah dengan pasangan gay-nya dan tidak memiliki anak.


Metode

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah analisis tekstual dengan pendekatan semiotika. Dalam proses pengumpulan data, metode ini melibatkan analisis dan pengamatan terhadap lirik lagu untuk mengeksplorasi makna yang terkandung di dalamnya. Secara umum, semiotika merupakan studi tentang tanda-tanda. Sobur (2003, hlm. 15) menjelaskan semiotika sebagai ilmu atau metode untuk memahami tanda. Di sini, "tanda" merujuk pada perangkat yang digunakan manusia untuk membentuk pemahaman di dalam dunia ini, berinteraksi dengan manusia lain, dan memahami realitas sekitar. Dalam pandangan Barthes, semiotika bertujuan untuk mempelajari bagaimana kemanusiaan menggunakan berbagai objek atau hal. Sementara menurut Lechte (sebagaimana dikutip dalam Sobur, 2003, hlm. 16), semiotika adalah teori yang membahas tanda dan proses penandaan.


Hasil Penelitian

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya dalam bagian pendahuluan, lagu Angel Baby merupakan lagu yang mengusung tema percintaan. Setiap bait kata dalam lirik lagu tersebut menggambarkan tentang perasaan cinta. Secara tradisional, lagu semacam ini biasanya dinyanyikan oleh seseorang untuk pasangannya yang berlawanan jenis. Namun, status penyanyi asli lagu Angel Baby yang mencintai sesama jenis (laki-laki/gay) menimbulkan pertanyaan tentang kebiasaan tersebut. Mencintai atau bahkan menikahi sesama jenis (LGBT) dianggap melanggar norma kemanusiaan dan norma keagamaan, karena dianggap melanggar kodrat atau fitrah Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun ada negara yang melegalkan hal tersebut, secara hukum kemanusiaan dan ketuhanan, tindakan tersebut tidaklah diterima.


Meskipun penyanyi asli lagu tersebut (Troye Sivan) menyatakan bahwa lagu tersebut tidak terinspirasi dari pasangannya, melainkan terinspirasi dari Ibundanya, lagu yang dinyanyikan olehnya tetap tidaklah pantas untuk ditujukan kepada pasangan sesama jenis. Hal ini menimbulkan pandangan negatif terhadap Troye Sivan karena orientasi seksualnya yang LGBT, ditambah dengan lirik lagunya yang cenderung ditujukan kepada seorang kekasih.


Dalam konteks gender, secara konvensional seorang laki-laki seharusnya menjadikan seorang wanita sebagai pasangan. Oleh karena itu, hubungan LGBT atau cinta sesama jenis dianggap sebagai penyimpangan dari norma gender. Hubungan antara dua laki-laki sebagai kekasih dianggap tidak normal dalam konteks gender.


Berdasarkan analisis dan data yang disajikan, lagu Angel Baby memiliki unsur LGBT, terutama karena liriknya yang menyoroti ke arah kekasih, serta karena penyanyinya, Troye Sivan, dikenal sebagai seorang gay.


Kesimpulan

Lagu "Angel Baby" yang dinyanyikan oleh Troye Sivan merupakan sebuah lagu yang berfokus pada tema percintaan atau kasih sayang. Meskipun dirilis pada September 2021, lagu ini menjadi viral dan trending di aplikasi TikTok pada bulan April 2022. Bahkan hingga saat ini, lagu tersebut masih tetap populer di dunia musik, bahkan masuk dalam 50 besar di tangga lagu Spotify, dan telah ditonton oleh lebih dari 22 juta orang melalui kanal YouTube Troye Sivan.


Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa pertama, perilaku LGBT atau mencintai sesama jenis tidaklah sesuai dengan norma kemanusiaan dan agama. Kedua, meskipun Troye Sivan mengakui bahwa dirinya adalah seorang gay sejak tahun 2022, hal itu tidaklah membenarkan Troye Sivan untuk menyanyikan lagu tersebut kepada pasangannya (gay-nya). Hal ini disebabkan oleh makna yang tersirat dalam lagu tersebut, yang mengindikasikan bahwa lagu itu ditujukan kepada seorang pasangan (kekasih), bukan kepada seorang ibu atau orang tua.


7. Penulis Jurnal : A.K.U.D.A. Mandala, P.T.K. Dewi, N.K. Dwipayanti

        Judul Jurnal : Analisis Semiotika Riffaterre Dalam Lagu Sakura Karya Naotaro Moriyama

        Halaman Jurnal : 1- 7


Tujuan

Lagu "Sakura" merupakan sebuah karya yang mengekspresikan pesan tentang perpisahan, khususnya saat kelulusan, yang ditandai dengan mekarnya bunga sakura. Sebagai wadah ekspresi bagi pengarangnya, lagu ini menghadirkan makna yang tersembunyi dalam liriknya. Dalam kajian sastra, lagu termasuk dalam kategori puisi, menurut Moeliono (2003:678). Dalam konteks ini, teori Riffaterre, yang dikembangkan oleh Michael Riffaterre, seorang kritikus sastra Perancis, digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisis makna lirik lagu "Sakura".


Teori Riffaterre menjelaskan bahwa analisis sastra dapat dilakukan melalui empat tahap, yaitu ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan heuristik dan hermeneutik, matriks, model, dan varian-varian, serta hipogram. Dalam pembacaan heuristik, pembaca mencari makna teks berdasarkan unsur-unsur linguistik pembentuknya, sementara dalam pembacaan hermeneutik, pembaca menafsirkan makna yang tersembunyi atau tidak langsung dalam teks.


Penelitian sebelumnya telah mengaplikasikan teori Riffaterre dalam analisis lirik lagu, seperti penelitian Noviana dkk (2020:143-160) tentang "Pemaknaan Lirik Lagu Shabondama Karya Ujo Noguchi". Analisis mereka mengungkap makna yang lebih dalam dalam lirik lagu tersebut, yang melampaui sekadar lagu anak-anak tentang gelembung sabun. Begitu pula dalam penelitian Budiana dkk (2018:904-910) tentang "Makna Syair Lagu Sakura Dalam Dua Lagu J-Pop Berjudul Sakura Karya Naotaro Moriyama dan Kentaro Kobuchi", di mana teori Riffaterre digunakan untuk membandingkan makna lirik dalam kedua lagu tersebut.


Dalam penelitian ini, teori Riffaterre juga digunakan untuk menganalisis makna lirik lagu "Sakura" karya Naotaro Moriyama. Dengan menggunakan pendekatan pembacaan heuristik dan hermeneutik, peneliti berusaha mengungkapkan makna yang tersirat dalam lirik lagu tersebut, serta memahami pesan yang ingin disampaikan oleh pengarangnya.


Metode

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data guna mencapai tujuan penelitian. Surakhmad (1985:131) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian, seperti menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik tertentu.


Dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode, yaitu metode deskriptif, metode kualitatif, metode studi pustaka, dan metode hermeneutika. Metode deskriptif digunakan untuk membuat gambaran atau deskripsi objek penelitian secara akurat. Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis objek penelitian melalui pengumpulan data kualitatif. Metode studi pustaka digunakan dengan membaca referensi yang berkaitan dengan objek penelitian, kemudian mencatat data dan memberikan kode terkait data yang relevan. Metode hermeneutika digunakan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan kata-kata dalam teks lirik lagu "Sakura" karya Naotaro Moriyama.


Hasil Penelittian

Berdasarkan pembacaan heuristik, lirik lagu "Sakura" karya Naotaro Moriyama menggambarkan hubungan antara dua sahabat yang akan berpisah. Tokoh yang mengucapkan kata-kata tersebut menyatakan bahwa meskipun mereka akan berpisah, dia akan selalu menunggu sahabatnya untuk bertemu lagi di tempat yang sama. Penyair mengekspresikan keyakinannya bahwa sahabatnya akan selalu bisa tersenyum, bahkan dalam situasi sulit sekalipun. Ini menunjukkan sikap optimisme dan semangat untuk bertahan meskipun hatinya sedang hancur. Larik-larik ini menunjukkan kontradiksi antara perasaan kecewa atau hancur dengan semangat untuk tetap berusaha dan tetap bersinar.


Penyair menggunakan gambaran bunga sakura yang bermekaran dan berguguran sebagai metafora untuk menandai waktu berpisah dan pertemuan kembali. Bunga sakura yang bermekaran menandakan saat-saat terakhir sebelum berpisah, sementara bunga sakura yang berguguran menjadi tanda pertemuan yang akan datang. Melalui lirik lagu ini, penyair menyampaikan harapan dan keinginan untuk bertemu kembali di masa depan.


Dengan menggunakan teori Riffaterre, pembaca dapat menafsirkan lirik lagu ini sebagai sebuah ekspresi tentang hubungan persahabatan yang kuat, optimisme dalam menghadapi perpisahan, dan harapan untuk bertemu kembali di masa depan.


Kesimpulan

Dalam analisis lirik lagu "Sakura" berdasarkan teori semiotika puisi Riffaterre, penulis telah menggambarkan makna yang terdapat dalam lagu tersebut. Lagu "Sakura" mengisahkan tentang perpisahan antara dua sahabat yang berpisah untuk meraih impian masing-masing. Untuk memahami makna yang sebenarnya, kita dapat melihat dari hasil analisis pembacaan heuristik dan hermeneutik. Dalam lagu ini, terdapat makna yang sangat dalam, yakni perpisahan dengan sahabat karena impian, serta impian dan harapan penyanyi untuk bertemu kembali dengan sahabatnya.





8. Penulis Jurnal : Hera Wahdah Humaira, Asep Firdaus, Fauziah Suparman

        Judul Jurnal : Konstruksi Nilai-Nilai Syukur Dalam Lirik Lagu (Analisis Semiotika                                                      Ferdinand De Sausure Pada Lirik Lagu “Cukup Lebih Baik”)

        Halaman Jurnal    : 1- 11


Tujuan

Lirik lagu adalah sebuah puisi indah yang dinyanyikan. Para pendengar sering menikmati lagu karena keindahannya, meskipun banyak lagu karya Ade Govinda memberikan makna yang positif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat atau pendengar tentang lagu Ade Govinda, salah satunya lagu “Cukup Lebih Baik”, untuk memahami makna tersirat dan tersurat dalam karyanya. Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk menganalisis unsur fisik dalam lirik lagu “Cukup Lebih Baik”; kedua, untuk menganalisis unsur batin pada lirik lagu tersebut; dan ketiga, untuk mengetahui nilai-nilai syukur yang terdapat pada lirik lagu “Cukup Lebih Baik”.


Metode penelitian yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengambilan data primer dan sekunder. Teknik analisis data dilakukan dengan cara analisis semiotika Ferdinand de Saussure.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur fisik dalam lirik lagu “Cukup Lebih Baik” meliputi diksi denotatif dan konotatif, citraan/imaji yang paling dominan adalah imaji perasaan, majas yang digunakan antara lain paralelisme dan personifikasi, kata konkret yang terdapat dalam lirik, tipografi yang menggunakan huruf besar kecil dan tanda baca lengkap, dan rima bebas yang digunakan dalam puisi ini. Unsur batin meliputi tema rasa syukur, nada yang cenderung sendu dan syahdu, serta amanat yang menekankan rasa cukup dengan apa yang dimiliki dan melahirkan kesyukuran. Pada unsur nilai syukur, penulis merekonstruksi hubungan antara tanda dan penanda, terutama pada setiap larik “cukup” yang mengandung nilai syukur.


Musik adalah seni yang indah dan merdu didengar, yang berkaitan dengan lirik syair-syair yang indah dalam lagu. Musik memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki pesan moral yang menggambarkan fenomena, cerita, atau pengalaman sendiri. Bahasa dalam lirik lagu juga menjadi hal yang sangat penting dalam menarik minat para pencinta musik.


Musik juga berpengaruh terhadap evolusi manusia, karena di balik perilaku dan tindakan manusia terdapat pikiran positif dan perkembangan diri. Musik juga berkaitan dengan lingkungan dan mengandung makna tersembunyi di dalamnya, serta berperan sebagai media penyampai pesan dan nilai-nilai dalam liriknya.


Nilai syukur adalah salah satu paham rasa berterima kasih dengan apa yang diberikan, baik bentuknya berupa benda, kesehatan, atau rezeki. Syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang diberikan kepadanya. Lagu “Cukup Lebih Baik”, yang dibawakan oleh Ade Govinda dan Fadly Padi serta diciptakan oleh Ade Govinda, merupakan salah satu karya yang menggambarkan nilai syukur. Lagu ini memiliki pesan yang kuat dan telah menjadi familiar di telinga pendengar.


Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun penelitian terhadap permasalahan di atas adalah sebagai berikut:


Spesifikasi Penelitian: Menurut Sugiyono (2008:105), metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang mengumpulkan data sesuai dengan kenyataan, kemudian data tersebut disusun, diolah, dan dianalisis untuk memberikan gambaran tentang masalah yang ada.


Metode Pendekatan: Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2008:3) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, yang mengandung makna. Penekanan lebih pada makna daripada generalisasi.


Subjek Penelitian: Subjek penelitian adalah lirik lagu "Cukup Lebih Baik" yang dinyanyikan oleh Ade Govinda Feat Fadly. Dipilihnya lagu ini karena terdapat pesan syukur dan ketaatan pada Allah SWT, dengan menggunakan analisis Ferdinand de Saussure.


Teknik Pengumpulan Data: Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa video klip lagu yang dilihat dari YouTube dan lirik lagu yang diambil dari salah satu situs web di internet. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan untuk memperkaya pengetahuan mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian.


Teknik pengumpulan data sekunder memungkinkan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk buku, katalog, dan internet, untuk mendukung penelitian.


Hasil Penelitian

Diksi adalah pemilihan kata (makna) yang dipilih penyair agar kata yang digunakan tepat untuk mewakili perasaannya. Berikut analisis diksi dari lirik lagu "Cukup Lebih Baik" karya Ade Nurulianto:


Kini aku terjatuh

Jatuh di cinta yang tepat

Ini sebuah takdir

Takdir yang hadir di akhir


Dapat dilihat pada baris kedua bait kedua terdapat kata bermakna konotatif dan denotatif. Kata yang bermakna denotatif frasa “Aku terjatuh” memiliki makna tidak sebenarnya, yaitu mulai tumbuh rasa suka terhadap seseorang. Ini berhubungan dengan baris selanjutnya yaitu “Jatuh di cinta yang tepat”. Baris ini memiliki makna denotatif yaitu si penulis mulai menunjukan rasa suka terhadap seseorang di saat yang sudah ditunggu-tunggu.


Pada baris keempat, terdapat kalimat “Takdir yang hadir di akhir”. Kalimat ini memiliki makna konotatif yaitu takdir yang akhirnya dia temui di akhir pencarian cintanya.


Selanjutnya adalah pada bait ke tiga terdapat bait sebagai berikut:

Aku beruntung

Semesta mendukung

Cinta malah jadi tumbuh makin kuat


Pada bait kedua, terdapat frasa “Semesta mendukung”. Baris ini memiliki makna yang tidak sebenarnya. Karena tidak ada orang yang bernama Semesta pada puisi ini yang mendukung. Semesta memiliki arti semua hal yang dia inginkan mendukung keinginannya.


Banyak hati yang mampir

Tapi tak membuatku mikir

Banyak hati yang rindu

Tak seperti ku merindumu


Selanjutnya adalah pada bait di atas, terdapat kalimat “Banyak hati yang mampir”, ini memiliki makna denotatif. Maksud hati di sini adalah bukan hati seperti pada umumnya, melainkan seorang wanita. Hati dipersonifikasikan sebagai seorang wanita yang pernah menjadi dambaan hatinya, namun tidak bertahan lama. Ini berhubungan dengan bait selanjutnya yaitu “Banyak hati yang rindu/Tak seperti ku merindumu. Artinya adalah sudah banyak perempuan yang dia sukai, namun belum pernah penulis memiliki rindu yang sehebat dengan perempuan ini.


Citraan/imaji adalah terkait dengan penginderaan manusia seperti citraan penciuman, citraan perabaan, citraan gerak, citraan penglihatan serta citraan pengecap. Di dalam lirik lagu “Cukup Lebih Baik” karya Ade Nurulianto, terdapat 1 imaji yang dominan, yaitu:


Imaji Perasaan


Di dalam lirik lagu “Cukup Lebih Baik” karya Ade Nurulianto, terdapat beberapa bait yang memiliki bait perasaan, yaitu:

Cukup kamu

Kamulah orangnya

Cuma bisa aku

Yang rasa nyamanku

Banyak hati yang mampir

Tapi tak membuatku mikir

Banyak hati yang rindu

Tak seperti ku merindumu


Di bait yang pertama, terdapat kalimat “Yang rasa nyamanku” ini memiliki imaji perasaan. Penulis ingin pembaca merasakan rasa nyaman yang ia rasakan ketika sedang bertemu dengan perempuan yang dia suka. Selanjutnya adalah pada bait kedua terdapat kalimat “Tak sepertiku merindumu”. Kalimat ini memiliki makna penulis merasakan rasa rindu ketika dia sudah bertemu dengan perempuan idamannya.


Majas adalah penggunaan bahasa yang digunakan dalam puisi dan bersifat seolah-olah menghidupkan atau menimbulkan makna konotasi dan menggunakan bahasa figuratif. Terdapat beberapa majas yang terdapat pada lirik lagu “Cukup Lebih Baik” karya Ade Nurulianto, yaitu:


Majas Paralelisme


Majas paralelisme merupakan majas yang mengulang-ngulang kata atau frasa tertentu dalam sebuah puisi sehingga menyebabkan pembaca memahami bahwa kata atau frasa itulah yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam puisi tersebut, terdapat kata “Cukup”, “Tidak kurang atau lebih” dan “Kamulah orangnya” yang diulang berulang-ulang sehingga mengakibatkan makna dari puisi lagu tersebut tersampaikan.


Majas Personifikasi


Majas personifikasi merupakan majas yang membandingkan makhluk hidup dengan benda mati. Majas ini membuat benda mati seolah-olah bisa melakukan apa yang makhluk hidup lakukan. Di dalam puisi “Cukup Lebih Baik” karya Ade Nurulianto terdapat beberapa majas personifikasi, yaitu:

Aku beruntung

Semesta mendukung

Lalu pada bait:

“Banyak hati yang mampir

Tapi tak membuatku mikir

Banyak hati yang rindu

Tak seperti ku merindumu.”


Pada bait lirik lagu atau puisi tersebut, maksud dari hati yang mampir disini bukan berarti hati dapat berjalan dan mampir. Melainkan hati tersebut merupakan wanita yang menjadi dambaan hati penulis. Pada bait selanjutnya adalah pada kalimat “Semesta mendukung”. Artinya bukan berarti Semesta tersebut memberikan dorongan materil maupun non materil, melainkan keadaan yang sudah sangat ideal bagi si penulis untuk mencurahkan isi hatinya kepada perempuan dambaannya.


Kata konkret adalah cara yang digunakan pengarang dalam menjelaskan suatu kata secara menyeluruh. Berikut penjelasan adanya kata konkret :

Lebih baik cukup

Daripada kurang atau lebih

Cukup kamu

Kamulah orangnya

Cuma bisa aku

Yang rasa nyamanku

Cukup aku

Di sisa hidupmu

Lebih baik cukup

Daripada kurang atau lebih

Lebih baik cukup

Daripada kurang atau lebih


Pada puisi di atas, penulis secara berulang-ulang menegaskan bahwa lebih baik cukup. Cukup merupakan salah satu standar dimana hasil yang didapatkan sudah memuaskan. Cukup disini memiliki pengertian


Kesimpulan

Konstruksi adalah cara menganalisis susunan hubungan kata, dalam hal ini, kata yang terdapat dalam karya sastra. Jenis karya sastra yang dianalisis adalah lirik lagu yang dikenal sebagai puisi, dengan menggunakan kajian semiotika Ferdinand De Saussure yang berjudul "Cukup Lebih Baik". Analisis fisik, analisis batin, dan nilai-nilai syukur yang terdapat dalam lirik lagu "Cukup Lebih Baik" mengandung makna rasa syukur atas takdir yang Tuhan YME berikan. Perasaan mencintai kepada kekasih atau kepada pasangan hidup merupakan hal yang harus disyukuri, dan merasa cukup dengan takdir yang Tuhan YME berikan adalah bentuk rasa syukur. Dengan bersyukur, maka akan mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan.


9. Penulis Jurnal        : Sugianto

        Judul Jurnal : Pemaknaan Konsep Diri Dalam Syair Lagu Ciptaan Bhikkhu Girirakkhito:                                                Analisis Semiotika Pada Syair Lagu Di Album “Senandung Sanubari”

        Halaman Jurnal  : 1- 15


Tujuan

Manusia memiliki kesempatan untuk mengaktualisasi diri dengan melakukan berbagai kebaikan demi mencapai kebahagiaan. Dasar dari aktualisasi diri adalah pengenalan pada diri sendiri. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang diri, penilaian diri dapat dilakukan. Penilaian diri meliputi aspek fisik, emosional, sosial, intelektual, dan spiritual, yang disebut sebagai konsep diri. Konsep diri menurut Buddhisme oleh YM Bhikkhu Girirakkhito disampaikan melalui syair-syair lagu Buddhis. Syair lagu yang diciptakan oleh Bhikkhu Girirakkhito tidak hanya bertujuan untuk menghilangkan kesepian dan kekosongan, tetapi juga mengandung ide, gagasan, dan pemikiran terhadap potensi diri. 

Ini menjadi motivasi bagi peneliti untuk menganalisis makna konsep diri di syair lagu dengan pendekatan semiotika. Tujuan penelitian adalah menjelaskan penanda dan petanda konsep diri yang ditemukan pada syair lagu ciptaan YM Bhikkhu Girirakkhito di album Senandung Sanubari, serta mendeskripsikan pemikiran pencipta lagu dalam memaknai konsep diri. Syair lagu Buddhis sebagai bagian dari komponen komunikasi merupakan bahasa yang mengandung pesan dari pencipta lagu. Syair lagu adalah bentuk bahasa, dan dapat dipelajari dari segi semiotika. Pendekatan semiotika pada syair lagu ciptaan YM Bhikkhhu Girirakkhito menganalisis pemakaian bahasa secara umum, dan pemakaian petanda dan penandanya. 

Ferdinand De Saussure berpendapat bahwa bahasa mirip dengan karya musik, dan untuk memahami bahasa harus dipahami secara sinkronis, sebagai hubungan antara bunyi dan makna di antara petanda dan penanda. Bahasa menurut Roland Barthes adalah sistem tanda yang mencerminkan asumsi dari suatu masyarakat dalam waktu tertentu. Bahasa memiliki substansi ekspresi dan isi, serta bentuk ekspresi dan isi. Pierce menyatakan tiga hal yang menentukan tanda, yaitu tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan tanda baru yang ada di penerima tanda. Konsep diri menurut Buddhisme adalah anatman atau anatta, yang merupakan penilaian diri dengan menyadarinya sebagai perpaduan dari panca skandhas. Penelitian semiotika "Pemaknaan Konsep Diri Dalam Syair Lagu Ciptaan YM Bhikkhu Girirakkhito" menggunakan metode interpretatif, dengan pendekatan semiotika menggunakan teori Ferdinand de Saussure, Rolland Barthes, dan Pierce. Subjek penelitian antara lain pencipta lagu Buddhis, penggemar lagu karya ciptaan YM Bhikkhu Girirakkhito, dan dosen bahasa. Objek yang digunakan adalah syair-syair lagu ciptaan YM Bhikkhu Girirakkhito dalam album "Senandung Sanubari". Teknik pengumpulan data meliputi simak dan catat serta wawancara. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan makna konsep diri yang terkandung dalam syair-syair lagu tersebut, dan validitas data diperoleh dengan menggunakan teknik triangulasi sumber data.


Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika. Penelitian semiotika "Pemaknaan Konsep Diri Dalam Syair Lagu Ciptaan YM Bhikkhu Girirakkhito" menggunakan metode interpretatif. Pendekatan semiotikanya menggunakan teori Ferdinand de Saussure, Rolland Barthes, dan Pierce. Subyek penelitian meliputi pencipta lagu Buddhis yang menyukai karya ciptaan YM Bhikkhu Girirakkhito, penggemar lagu karya ciptaan YM Bhikkhu Girirakkhito, dan dosen bahasa. Objek penelitian adalah syair-syair lagu ciptaan YM Bhikkhu Girirakkhito dalam album "Senandung Sanubari". Teknik pengumpulan data meliputi simak dan catat serta wawancara dengan informan. 

Penelitian semiotika terhadap syair lagu dianalisis dari hermeneutik pada penanda dan petandanya. Pembacaan heuristik dilakukan sebagai telaah dari struktur kebahasaannya, seperti kata-kata, kalimat-kalimat, bait-bait, dan istilah dari karya sastra. Pemaknaan dilakukan secara semantik, lalu dihubungkan antarbaris dengan bait. Pembacaan dengan sistem hermeneutik disebut sebagai pembacaan semiotik tingkat kedua atau mendasarkan konvensi sastra, di mana tanda konotasi dan denotasinya diidentifikasi. 

Analisis kemudian dilakukan untuk mendeskripsikan makna konsep diri yang terkandung dalam syair-syair lagu tersebut. Menurut teori Pierce, tanda dibagi menjadi tataran kebahasaan dan mitis. Tataran kebahasaan atau penanda primer sudah penuh karena penandanya memiliki acuan maknanya yang mantap. Tataran mitis atau penanda sekunder memerlukan penafsiran kembali karena mengandung makna kias, majas, figuratif, khususif, atau makna-makna lainnya.


Hasil Penelitian

Dalam album "Senandung Sanubari," penanda konsep diri tercermin dalam syair-syair lagu yang diciptakan oleh YM Bhikkhu Girirakkhito. Penanda ini mencerminkan ide, pemikiran, atau ideologi yang muncul setelah menganalisis isi syair tersebut. Validitas interpretasi diperoleh melalui perbandingan antara interpretasi peneliti dan informan yang kredibel, sehingga tercipta kesesuaian atau intersubjektivitas.


Faktor utama yang menyebabkan seseorang memiliki konsep diri yang salah adalah kecenderungan pikiran untuk mengkhayal dan memikirkan hal-hal yang tidak nyata. Kebodohan batin menjadi akar munculnya khayalan-khayalan tersebut karena kurangnya pemahaman akan hakikat diri. Khayalan tersebut dapat menipu dan menggoda siapa pun yang tidak waspada, mengakibatkan penderitaan karena menganggap hal-hal tidak nyata sebagai kenyataan.


Pesan yang disampaikan dalam lagu-lagu ini berfungsi sebagai peringatan agar tetap waspada dan sadar akan diri sendiri, serta menghindari kesalahan dalam menyikapi diri yang dapat mengakibatkan penderitaan.


Cinta suci didasari oleh kebijaksanaan. Cinta yang bukan hanya untuk memuaskan nafsu birahi, tetapi juga penuh dengan kerelaan dan pengorbanan. Cinta membuat hidup menjadi bahagia dan merupakan bagian penting dari kehidupan. Hidup tanpa cinta akan terasa hampa, bosan, dan jenuh.


Tanpa kebijaksanaan, cinta dapat menjadi bencana dan nama baik dapat tercemar. Sebaliknya, cinta yang dikembangkan dengan kebijaksanaan adalah cinta suci yang membawa kebahagiaan. Hal ini terjadi ketika memberikan yang terbaik kepada yang dicintai tanpa pamrih demi kebahagiaan mereka.


Cinta suci juga mengandung elemen kesetiaan, di mana seseorang tidak mudah cemburu atau mengembangkan kebencian meskipun mengalami masa-masa sulit. Meskipun ada godaan dari pihak lain, orang yang memiliki konsep diri yang setia pada cinta suci akan tetap teguh dan tidak berpaling.


Pencapaian penerangan sempurna, di mana seseorang memiliki pengetahuan yang sempurna tentang diri dan dunia, merupakan pencapaian yang ideal dalam konsep diri. Ini dapat dicapai melalui praktik Jalan Tengah, yang terdiri dari pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.


Pemaknaan diri yang benar, seperti yang disampaikan oleh YM Bhikkhu Girirakkhito, harus dipahami dengan baik dan diterapkan dengan sungguh-sungguh. Ini akan membantu seseorang untuk tidak terjebak dalam pandangan yang salah terhadap konsep diri dan mengarahkan mereka pada pencapaian penerangan sempurna, sumber bahagia sejati, dan cinta suci yang menjadi kekayaan terbesar di dunia.




Kesimpulan

Hasil analisis menyimpulkan: (1) penanda konsep diri dalam penelitian ini terdiri dari kata, kalimat, atau bait dalam syair lagu; (2) petanda konsep diri merupakan pemikiran tentang kesadaran diri yang mengalami perubahan, ketidakpuasan, dan ketiadaan inti diri; (3) pencipta lagu mengartikan diri sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran diri menuju konsep diri yang ideal, yakni mencapai kebuddhaan.


10. Penulis Jurnal    : Ratna Wulandari, Aswarini Sentana

        Judul Jurnal       : Analisis Semiotika Dalam Lirik Lagu Wijaya KusumaKarya Arditho Pramono

        Halaman Jurnal : 1- 7


Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis semiotika yang terdapat dalam lirik lagu yang berjudul “Wijayakusuma” karya Ardhito Pramono. Metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, berdasarkan hasil analisis semiotika terhadap lirik lagu tersebut pada trikotomi pertama yang sering muncul adalah pemaknaan secara Indeks dan juga Simbol. Trikotomi pertama yaitu Denotatum terdapat 12 data. Terdapat 1 data yang termasuk ikon, 4 index, dan 7 simbol. Secara keseluruhan, lirik lagu tersebut secara semiotik bermakna cinta dan kerinduan akan keindahan alam agar terus terjaga kelestariannya. Setelah melakukan penelitian, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat dalam pengembangan semiotik. Selain itu, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi salah satu hasil karya sastra yang sering dinikmati, yaitu lagu khusunya dari karya sastra puisi.


Lirik lagu menjadi salah satu karya sastra yang banyak disukai oleh banyak orang. Lirik adalah rangkaian kata-kata yang dirangkai sedemikian rupa yang membentuk lagu, biasanya terdiri dari beberapa bait. Lirik lagu dapat dikategorikan sebagai puisi yang memiliki unsur-unsur pembentuk dan struktur yang kurang lebih sama. Sama halnya dengan puisi, lirik sebagai curahan perasaan pribadi dan susunan kata sebuah nyanyian. Lirik lagu ini dapat berisi curahan hati dari penciptanya dan memiliki simbol-simbol dalam kata-kata yang terangkai. Banyak orang yang mendengarkan musik karena tertarik pada lirik lagunya yang memiliki makna yang mendalam. Bahasa lirik lagu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa puisi. Hal ini sesuai dengan pengertian lirik lagu menurut Semi (1988: 106) yang mengatakan “Lirik adalah puisi yang pendek yang mengekspresikan emosi”. Diperkuat pada definisi lain mengenai lirik lagu yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “yaitu lirik lagu adalah karya puisi yang dinyanyikan”. Menurut Wellek dan Warren 1989, lagu memiliki sifat yang ambigu dan penuh ekspresi yang menyebabkan bahasa cenderung untuk mempengaruhi, membujuk, dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca. Lagu merupakan bagian dari puisi karena merupakan sekumpulan kata-kata yang memiliki makna dan maksud yang tersirat. Oleh karena itu, lirik lagu “Wijayakusuma” karya Ardhito Pramono akan dikaji dengan menggunakan kajian semiotika menurut Charles Sanders Peirce. Adapun kerangka pikir analisis semiotika dalam lirik lagu “Wijayakusuma” karya Ardhito Pramono.


Dalam lirik lagu mengandung tanda atau simbol moral yang terkandung sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran dan perenungan bagi masyarakat atau pun mahasiswa jurusan sastra. Salah satunya adalah lirik lagu karya Ardhito Pramono yang berjudul “Wijayakusuma” yang begitu memukau industri musik Indonesia saat ini. Lagu tersebut ditulis dengan lirik bahasa Indonesia yang terdengar seperti sajak dan puisi serta cenderung bermakna luas. Ardhito Pramono dilahirkan di Jakarta pada 22 Mei 1995. Darah seni mengalir dari neneknya, yaitu Sarwi Mumpuni, yang merupakan penyanyi jazz. Ardhito mengawali kariernya melalui industri musik. Ia mulai dikenal publik seusai mendaur ulang sejumlah lagu di akun YouTube pribadinya pada 2013. Ardhito merilis singel utama dari album studio pertamanya, “Wijayakusuma”, pada 7 Juli 2022 diikuti dengan perilisan album pada 13 Juli 2022. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian tersebut antara lain: Bagaimana makna lirik lagu Ardhito Pramono yang berjudul “Wijayakusuma” berdasarkan trikotomi (Denotatum) pertama Charles Sanders Peirce yang diuraikan melalui Ikon, Indeks dan Simbol.


Tujuan penelitian ini adalah memahami permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan makna lirik lagu Ardhito Pramono yang berjudul “Wijayakusuma” berdasarkan trikotomi pertama (Denotatum) Charles Sanders Peirce yang diuraikan melalui Ikon, Indeks dan Simbol. Setelah melakukan penelitian, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat dalam pengembangan.


Metode

Bentuk penelitian ini termasuk penelitian pustaka atau yang dikenal dengan library research yang diolah secara deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan objeknya secara apa adanya. Adapun desain dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. Langkah pertama dengan mencari serta memahami hasil-hasil penelitian yang relevan dengan judul. Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik, lalu peneliti melakukan studi pustaka yang bertujuan untuk mengidentifikasi pemilihan dan perumusan masalah penelitian, menyusun dan memberikan definisi istilah. Langkah berikutnya adalah metode penelitian. Penggunaan metode ini diartikan sebagai prosedur untuk menyelidiki masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta yang tersedia. Data dan sumber data berupa kutipan lirik lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Ardhito Pramono yang berjudul Wijayakusuma. Sumber Data Menurut Lofland (dalam Moleong dalam Usman 12:31) menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berdasarkan definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa sumber data dalam penelitian ini adalah lirik lagu dari Ardhito Pramono yang berjudul Wijayakusuma. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga komponen penelitian meliputi: reduksi data, penyajian data, dan simpulan (Supriyono et al., 2018). Penyajian hasil analisis bersifat deskriptif analisis, memaparkan persoalan yang diteliti yaitu semiotika yang terdapat pada lirik lagu Ardhito Pramono yang berjudul Wijayakusuma menggunakan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.


Kesimpulan

Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa bait yang terdapat dalam lagu Ardhito Pramono yang berjudul Wijayakusuma yang mengandung unsur semiotika. Menurut Peirce, yaitu trikotomi pertama yaitu Denotatum terdapat 12 data. Terdapat 1 data yang termaksud ikon, 4 index, dan 7 simbol. Kata-kata yang terdapat dalam lirik lagu sangat berbeda tentunya dengan kata-kata yang berada dalam teks kalimat cerita biasa. Kata-kata didalam sebuah lirik lagu tidak hanya dituntut untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya, tetapi juga harus memberikan imaginasi kepada pendengar ataupun penikmat lirik tersebut walupun dengan menggunakan simbol-simbol yang terkandung dalam makna lirik lagi tersebut. Penelitian dilakukan pada pilihan kata yang terdapat dalam lirik lagu Ardhito Pramono yang berjudul Wijayakusuma. Secara umum lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Ardhito Pramono merupakan gambaran hati, emosi, serta hal-hal yang sering terjadi pada manusia selain cinta terhadap sesama.


11. Penulis Jurnal     : Nika Arliani, Wiwid Adiyanto

        Judul Jurnal       : Representasi Kecemasan Dalam Lirik Lagu “Rehat” Kunto Aji                                                    (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure)

        Halaman Jurnal  : 1- 14


Tujuan

Kesehatan mental perlu diperhatikan sebagaimana halnya kesehatan fisik. Penyebab seseorang melakukan bunuh diri yaitu depresi dan kecemasan. Musik tidak hanya digunakan sebagai media hiburan saja tetapi bermanfaat pada bidang kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi kecemasan dalam lirik lagu "Rehat" Kunto Aji. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis semiotika Ferdinand De Saussure dan paradigma konstruktivisme. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Representasi Stuart Hall sebagai dasar untuk melakukan penulisan. Hasil temuan dalam representasi kecemasan lirik lagu "Rehat" di antaranya: 1) Lirik lagu "Rehat" terdapat temuan bahwa syair lagu tersebut berisi tentang bagaimana cara mengelola kecemasan, mengatasi ketakutan, dan mengelola cara untuk ikhlas. 2) Setiap bait lirik lagu ada hubungannya dengan kecemasan. 3) Musik sudah menjadi bagian dalam diri manusia, di kehidupan sehari-hari musik sudah sangat melekat sehingga musik bisa menjadi salah satu metode terapi masalah kecemasan yang sering terjadi di masyarakat.


Metode

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui analisis semiotika Ferdinand De Saussure, dengan paradigma konstruktivisme. Tania dan Nurudin (2021) menekankan bahwa penelitian kualitatif lebih menitikberatkan pada makna dan proses. Peneliti perlu diterima oleh lingkungan dan informan untuk mengungkapkan data melalui ungkapan, perilaku, bahasa tubuh, dan tutur.


Menurut Venus (dalam Marlita, 2022), paradigma konstruktivisme menganggap bahwa sosial (kenyataan) dibangun oleh makna yang diberikan masyarakat di dalamnya, menganggap suatu kenyataan sebagai hal yang relatif berdasarkan pengalaman subjek yang melaksanakannya.


Erlangga, Utomo, dan Anisti (2021) menjelaskan bahwa dalam teori Saussure, bahasa merupakan suatu sistem tanda yang terdiri dari petanda (signified) dan penanda (signifer). Penanda dan petanda saling terkait untuk memberi makna pada tanda. Saussure memandang bahasa secara "sinkronis" sebagai jaringan hubungan antara makna dan bunyi, bukan secara individual dan atomistik.


Penelitian ini menggunakan sumber data dari dua jenis, yaitu data primer dari lirik lagu "Rehat" oleh Kunto Aji, dan data sekunder dari referensi karya ilmiah, buku, jurnal, dan data lain yang relevan. Analisis teks dilakukan dengan memisahkan lirik lagu menjadi beberapa bait dan dianalisis menggunakan teori Saussure. Fokus penelitian ini adalah menganalisis kecemasan yang terkandung dalam lirik lagu "Rehat".


Hasil Penelitian

Representasi adalah penggunaan bahasa untuk menghasilkan makna yang dapat dipahami oleh orang lain atau mewakili dunia secara bermakna. Representasi merupakan bagian krusial dalam penciptaan makna serta pertukaran dalam budaya. Gambar, simbol, dan bahasa digunakan dalam representasi untuk mewakili sesuatu (Hall dan Open University, 1997). Bahasa adalah media khusus untuk pertukaran dan produksi makna, menjadi pusat budaya dan makna, dan dianggap sebagai tempat utama makna dan nilai budaya (Hall dan Open University, 1997). Simbol dan tanda dalam bahasa, seperti gambar, kata, dan suara, diekspresikan dari objek, catatan musik, atau bahkan elektronik, untuk menyampaikan perasaan, pikiran, dan konsep kepada orang lain. Bahasa memungkinkan perasaan, gagasan, dan pikiran diwakili dalam budaya. Representasi bahasa merupakan inti dari proses pembuatan makna.


Lagu "Rehat" merupakan lagu yang menyoroti isu kesehatan mental, terutama pada mereka yang cenderung overthinker. Lagu dengan durasi 5 menit 54 detik ini merupakan salah satu lagu dalam album "Mantra-Mantra" yang dirilis oleh Kunto Aji pada 14 September 2018. Album ini mengangkat tema tentang kesehatan mental, yang menjadi perhatian banyak orang. "Rehat" menceritakan tentang pencarian, tekanan, kekhawatiran, atau kecemasan yang melanda pikiran. Lagu ini mengajarkan bahwa tidak semua hal dapat dikendalikan, terutama kata-kata dan tindakan orang lain terhadap kita. Menyalahkan diri sendiri tidak akan mengubah apapun. Energi yang kita luangkan kepada orang-orang yang melukai kita tidak akan berubah. Namun, lagu ini juga menyiratkan pentingnya memberi waktu bagi diri sendiri untuk beristirahat sejenak dan mencari cara untuk bangkit. Ini merupakan gambaran yang merepresentasikan kecemasan dalam lirik lagu "Rehat" yang dianalisis menggunakan metode semiotika Ferdinand De Saussure.


Kesimpulan

Hasil analisis yang dilakukan pada lirik lagu Rehat karya Kunto Aji, mencerminkan beberapa masalah kecemasan dalam setiap baitnya. Lirik lagu “Rehat” terdapat temuanHasil analisis yang dilakukan pada lirik lagu Rehat karya Kunto Aji, mencerminkan beberapa masalah kecemasan dalam setiap baitnya. Lirik lagu “Rehat” terdapat temuan.


12. Penulis Jurnal    : Masagus Muhammad Okta Fakri1, Indrawati, Hartika Utami Fitri

        Judul Jurnal      : Analisis Makna Semiotika Pada Lirik Lagu Di Ujung Hari Karya Ungu

        Halaman Jurnal  : 1- 10


Tujuan

Musik merupakan penghayatan isi hati yang diungkapkan dalam bentuk bunyi dan ritme dengan melodi atau keindahan ritme yang dapat disesuaikan. Musik juga merupakan salah satu seni yang bertujuan untuk mengekspresikan dan mencerminkan masyarakat dengan budayanya. Musik mengandung nilai dan norma yang dikomunikasikan baik secara formal maupun informal. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan musik sebagai ilmu atau seni memadukan nada-nada atau bunyi-bunyian yang diungkapkan, gabungan-gabungan, dan hubungan-hubungan temporal sehingga tercipta nada-nada atau bunyi-bunyian yang tersusun sedemikian rupa sehingga menjadi komposisi yang seimbang dan terpadu, harmoni, nyanyian, dan ritme (terutama menyuarakan sesuatu). Ensiklopedia Oxford mengungkapkan bahwa musik memiliki ritme, melodi, dan harmoni yang menciptakan bunyi dan instrumen serta mengandung kedalaman makna yang disampaikan.


Menurut M. Soeharto, musik diartikan sebagai suatu ekspresi yang berasal dari emosi yang dituangkan dalam bentuk bunyi atau suara, baik melalui suara manusia atau alat musik. Musik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti musik populer, musik klasik, dan musik tradisional. Musik tradisional merupakan warisan masyarakat selama bertahun-tahun, sementara musik populer sering kali mencerminkan tren kontemporer.


Puisi, musik juga dapat disebut sebagai lagu karena merupakan rangkaian nada-nada yang diiringi oleh kata-kata. Kata-kata dalam musik, yang disebut lirik, merupakan bagian penting dalam menyampaikan pesan atau ekspresi. Musik dapat dianggap sebagai media komunikasi yang efektif karena mampu menyampaikan pesan atau ekspresi dengan menggunakan berbagai suara yang disusun sebagai suatu kesatuan yang berkesinambungan.


Dalam lagu, penulis lirik berusaha menyampaikan pesan atau ekspresi kepada pendengar melalui kata-kata yang terdapat dalam lirik lagu tersebut. Setiap lagu mempunyai pesan yang ingin disampaikan oleh penulis lirik kepada pendengarnya. Pesan tersebut dapat diinterpretasikan melalui analisis semiotika, ilmu yang mempelajari tanda untuk mengungkap tanda dan makna. Melalui analisis semiotika, tanda dalam lirik lagu dapat diinterpretasikan untuk memahami pesan atau makna yang ingin disampaikan.


Penulis menerapkan teori semiotika Ferdinand De Saussure untuk menafsirkan makna inspirasi dalam lirik lagu "Di Ujung Hari" oleh Ungu. Menurut teori semiotika, tanda terdiri dari tiga unsur yang saling terkait: penanda, petanda, dan signifikansi. Dengan menganalisis lirik lagu "Di Ujung Hari" melalui teori semiotika, penulis bertujuan untuk mengungkap makna inspirasi yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.


Tujuan penelitian ini adalah untuk menyampaikan pesan atau makna inspirasi yang terkandung dalam lirik lagu "Di Ujung Hari" oleh Ungu. Pesan tersebut mencerminkan tantangan hidup di tengah pandemi dan mengajak pendengar untuk tetap kuat dan optimis dalam menghadapi cobaan hidup.




Metode

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi pustaka (Library Research) dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering juga dikenal sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitian dilakukan dalam setting yang alamiah. Penelitian kualitatif berfokus pada pengamatan terhadap fenomena alam yang berkembang apa adanya, tanpa adanya manipulasi dari peneliti, dan kehadiran peneliti tidak memengaruhi dinamika fenomena tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan analisis semiotika terhadap lirik lagu "Di Ujung Hari". Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis semiotika menurut pendekatan Ferdinand De Saussure.


Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan di atas, pembahasan akan mencakup aspek penanda, petanda, dan signifikasi dalam lirik lagu "Di Ujung Hari" serta makna yang terkandung di dalamnya. Dalam pembahasan ini, akan menggunakan metode analisis semiotika Ferdinand De Saussure. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia meyakini adanya takdir, yang dalam Islam terbagi menjadi takdir mubram dan takdir muallaq. Takdir mubram adalah ketetapan Allah yang tidak berubah, sementara takdir mu'allaq adalah ketetapan yang masih dapat berubah. Lagu "Di Ujung Hari" yang diciptakan oleh Arlonsy Miraldi mengandung banyak makna, termasuk makna tentang takdir manusia, kebersamaan, bencana, pemberian, ujian, cobaan, dan kepercayaan.


Bait pertama lirik lagu ini menggambarkan konsep takdir manusia, yang merupakan ilmu Allah yang meliputi seluruh alam semesta. Takdir bisa berubah atau tidak berubah, dan manusia harus percaya pada takdir seperti yang dijelaskan dalam Rukun Iman keenam, yaitu iman kepada qada dan qadar.


Bait kedua menjelaskan tentang kebersamaan, yang merupakan ikatan yang timbul dari rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Kebersamaan muncul dari hati nurani seseorang, dan manusia harus sadar untuk tidak terlalu bersifat egois.


Bait ketiga membahas tentang bencana, yang dapat terjadi karena faktor alam maupun manusia dan mengakibatkan kerusakan dan korban. Bencana juga bisa berupa bencana hidup, dan manusia harus tetap bangkit meskipun menghadapi masalah.


Bait keempat menceritakan tentang pemberian dengan ikhlas tanpa pamrih, yang memiliki banyak manfaat bagi orang lain terutama yang membutuhkan.


Bait kelima membahas tentang ujian, yang merupakan upaya untuk menentukan kualitas seseorang, terutama iman. Ujian diberikan oleh Tuhan untuk meningkatkan derajat manusia.


Bait keenam membahas tentang cobaan, yang digunakan untuk melihat kekuatan dan kesetiaan seseorang. Cobaan diberikan oleh Tuhan sesuai dengan kemampuan manusia untuk meningkatkan kesabaran.


Bait ketujuh menjelaskan tentang kepercayaan, yang merupakan sikap subjektif bahwa sesuatu itu benar. Kepercayaan adalah modal berharga dalam mencapai kesuksesan dan perjalanan hidup yang cemerlang. Dengan dipercaya, mata orang lain akan terbuka terhadap kita dan peduli terhadap kita hingga suatu hari nanti.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, peneliti menemukan makna pada lirik lagu "Di Ujung Hari" karya Arlonsy Miraldi menggunakan pendekatan semiotika. Pendekatan semiotika yang digunakan adalah Perspektif Ferdinand de Saussure. Saussure menyatakan bahwa bahasa adalah suatu tanda, di mana yang ditandakan sebagai tanda dan yang ditandakan sebagai tanda. Hasil penelitian ini diperoleh melalui tanda-tanda yang terkandung dalam kata dan kalimat yang digunakan.


Dalam analisis tersebut, penulis menemukan bahwa lirik lagu karya Arlonsy Miraldi ini secara alami memiliki cerita di baliknya, yang berbicara tentang inspirasi untuk lagu tersebut terinspirasi dari kesadaran akan beratnya hidup di masa pandemi, di mana bumi sedang menghadapi tantangan yang serius. Bait pertama menceritakan tentang takdir manusia, bait kedua tentang kebersamaan hidup, bait ketiga tentang bencana, bait keempat tentang saling memberi, bait kelima tentang ujian hidup, bait keenam tentang cobaan manusia, dan bait ketujuh tentang kepercayaan. Masyarakat dihimbau untuk saling membantu, doa, kekuatan spiritual, dan dukungan dari orang-orang terdekat merupakan modal penting untuk bangkit kembali. Dunia menyadarkan kita bahwa meskipun kita dilahirkan berbeda, kita hidup di bawah langit yang sama. Tuhan menciptakan manusia dengan pendapat dan keyakinan, dengan niat baik, bukan untuk perselisihan, seperti yang disampaikan dalam lirik lagu di penghujung hari.





13. Penulis Jurnal : Perindo Estrada, Indrawati, Lena Marianti

        Judul Jurnal        : Analisis Semiotika Makna Kasih Sayang Pada Lirik Lagu                                                           “Ayah”Karya Rinto Harahap

        Halaman Jurnal : 1- 7


Tujuan

Penelitian ini mengenai analisis semiotika makna kasih sayang pada lirik lagu "Ayah" karya Rinto Harahap. Musik merupakan suatu karya seni yang berasal dari beberapa unsur seperti melodi, harmoni, komposisi, ritme, nada, dan irama yang menghasilkan suatu bunyi bernada dan mempunyai keistimewaan tersendiri. Suatu karya musik biasanya menggambarkan atau menyampaikan suatu pesan yang dirasakan oleh pencipta musik atau ditujukan kepada pendengarnya. Musik mempunyai berbagai macam jenis di antaranya jenis pop, dangdut, jazz, koplo, rock, dan lain sebagainya. Di dalam musik terdapat lirik yang mewakili keadaan atau keresahan hati sang pencipta musik sehingga mempengaruhi perasaan atau tingkah laku pendengar yang merupakan suatu respon atas pesan yang terdapat dalam musik tersebut. Pesan tersebutlah yang membuat peneliti berinisiatif untuk menganalisis makna kasih sayang yang terdapat dalam lirik lagu "Ayah" karya Rinto Harahap. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini ialah untuk menganalisis makna kasih sayang yang terdapat dalam lirik lagu "Ayah" karya Rinto Harahap. 


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori Roland Barthes yang dikenal dengan teori analisis dengan menggunakan tanda: denotasi, konotasi, dan mitos. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat makna kasih sayang seorang anak akan kerinduan terhadap sosok ayahnya yang tidak diketahui keberadaannya. Dimana kerinduan tersebut dituangkan atau digambarkan kedalam lirik lagu "Ayah" karya Rinto Harahap. Sang anak berharap bahwa ayahnya dapat mendengarkan lagu tersebut dan mengetahui bahwa ia sangat merindukan kenangan-kenganan saat bersama dahulu yang kini tak lagi dapat dirasakannya. Ia sangat mengharapkan semoga bisa dipertemukan kembali bersama ayahnya.


Dalam kehidupan modern saat ini, musik merupakan salah satu media yang dapat kita gunakan untuk berkomunikasi. Musik juga dapat terdiri dari instrumen, vokal, atau kombinasi keduanya. Musik sering digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan emosi dan pesan dengan menyelaraskan proses ucapan, harmoni melodi, ritme, dan tempo. Suara musik biasanya dibuat untuk menggambarkan situasi tertentu, seperti perasaan, emosi, alam, atau kehidupan. Oleh karena itu, musik dapat menenangkan, menginspirasi, dan memotivasi jika dapat menikmatinya sesuai dengan selera.


Metode

Metode yang digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif interpretatif, yaitu metode yang berfokus pada tanda dan teks sebagai objek penelitian dan bagaimana peneliti menginterpretasikan dan memahami kode atau decoding di balik tanda dan teks tersebut, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena. Penelitian dilakukan dengan menelaah konteks masalah secara utuh dan menyeluruh, fokus penelitian adalah proses penelitian, bukan hasil.


Dalam penelitian kualitatif, sarana pengumpulan data yang paling penting adalah peneliti dan orang lain. Artinya, peneliti sendiri yang mengumpulkan informasi langsung dari subjek. Pendekatan interpretatif ini berfokus pada sifat subyektif dunia sosial dan mencoba memahami kerangka objek kajiannya.


Hasil Penelitian

Dalam teori semiotiknya, Rolland menjelaskan dua tahapan penting dengan menggunakan tanda, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Denotasi adalah makna sebenarnya dan konotasi adalah makna kiasan. Setelah kata-kata dari lagu-lagu tersebut dianalisis denotasi dan maknanya dalam penelitian ini, peneliti menganalisis makna mitos tersebut hingga akhirnya makna yang tepat dari lagu tersebut terungkap.


Kesimpulan

Dalam penelitian ini, terdapat pesan mendalam yang digambarkan oleh Rinto Harahap sebagai penulis dan penyanyi lagu "Ayah" yang sedang penulis teliti. Pesan tersebut dituangkan dalam lirik lagu yang menjelaskan kerinduan seorang anak kepada sosok ayah yang selalu berada dalam kehidupannya namun kini hilang dan tak bisa kembali bersama seperti masa-masa dahulu. Sang anak sangat berharap bisa bertemu kembali dengan ayahnya walaupun hanya sebatas mimpi, menggambarkan betapa dalam kerinduan tersebut. Ia pun sangat merindukan kehangatan kasih sayang seorang ayah yang tidak diketahui keberadaannya sehingga ia bernyanyi berharap sang ayah dapat mendengarkan lagu yang ia nyanyikan serta mengetahui kerinduan yang ia rasakan akan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya.







14. Penulis Jurnal : Donna Isra Silaban, Oktafiana Medilmana, Quincly Belatrix Porsiana

        Judul Jurnal      : Analisis Semiotika Makna Motivasi pada Lirik Lagu “Bangun Pemuda                                      Pemudi”

        Halaman Jurnal : 1- 6


Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna motivasi yang terkandung dalam lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" karya Alfred Simanjutak. Lagu ini dipilih sebagai objek penelitian karena dianggap memiliki potensi untuk menyampaikan pesan-pesan motivasional kepada pendengarnya, khususnya kalangan pemuda dan pemudi Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semiotika Ferdinand De Saussure. Teori ini menekankan bahwa segala sesuatu dapat diamati jika terdapat penanda (signifier) dan petanda (signified). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" karya Alfred Simanjutak terdapat makna motivasi bagi generasi sekarang untuk bertanggung jawab dan mewujudkan impian mereka dalam membangun masa depan yang lebih baik.


Metode

Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Suardi, pendekatan deskriptif kualitatif merupakan pendekatan yang memandang suatu fenomena dari kacamata naturalistik perspektif, yang dalam praktiknya dapat berupa tempat/ruang, suasana, lingkungan, organisasi, dan sebagainya . Penelitian dengan jenis deskriptif kualitatif, yaitu teknik yang menggambarkan, memaparkan, dan menginterpretasikan objek yang diteliti dengan sistematis sehingga peneliti dapat mengetahui bagaimana aktivitas komunikasi pemasaran melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap informan . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan secara detail tentang makna yang terkandung dalam lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi". Data penelitian ini berupa lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" karya Alfred Simanjuntak. Sumber datanya adalah teks lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti internet, buku, dan dokumen.


Dalam penelitian terhadap lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" ini, peneliti membuat penafsiran dengan membagi keseluruhan lirik lagu menjadi beberapa kalimat dan selanjutnya per kalimat akan dianalisis dengan menggunakan teori semiotika dari Saussure, dimana terdapat unsur yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Unsur tersebut akan dipisahkan dan mempermudah peneliti melakukan penafsiran terhadap lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi". Pemisah antar kalimat tersebut akan memandu peneliti dalam melakukan penafsiran terhadap lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" yang dikaitkan dengan realitas sosial pada saat sang pencipta menciptakan lagu tersebut.


Hasil Penelitian

Lagu "Bangun Pemuda Pemudi" merupakan lagu nasional yang diciptakan oleh Alfred Simanjuntak pada tahun 1927. Lagu ini memiliki makna motivasi bagi para pemuda dan pemudi Indonesia untuk tetap semangat dalam membela, memperjuangkan, dan mempertahankan Indonesia dari ancaman apa pun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotika Saussure. Data penelitian berupa lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" yang akan dianalisis menggunakan teori semiotika Saussure.


1. Lirik “Bangun Pemuda Pemudi”

Aspek Signifier: Kata "bangun" memiliki makna fisik berupa suatu keadaan yang tidak tidur atau tidak istirahat. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "bangun" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari kesadaran dan semangat. Kata "pemudi" memiliki makna fisik berupa anak perempuan yang sudah dewasa. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "pemudi" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari generasi muda perempuan. Kata "pemuda" memiliki makna fisik berupa anak laki-laki yang sudah dewasa. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "pemuda" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari generasi muda laki-laki. Kata "Indonesia" memiliki makna fisik berupa suatu negara yang terletak di Asia Tenggara. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "Indonesia" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari bangsa dan tanah air.

Aspek Signified: Pada lirik ini, menekankan pentingnya pemuda dan pemudi Indonesia untuk berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara. Pemuda dan pemudi harus menjadi agen perubahan dan penggerak pembangunan bangsa dan negara. Pada lirik ini juga, mengandung harapan agar pemuda dan pemudi Indonesia menjadi pemimpin masa depan. Pemuda dan pemudi harus menjadi contoh bagi masyarakat dan menjadi pemimpin yang membawa perubahan dan kemajuan bagi bangsa dan negara.


2. Lirik “Tangan Bajumu Singsingkan untuk Negara"

Aspek Signifier: Kata "tangan" memiliki makna fisik berupa bagian tubuh yang digunakan untuk memegang, meraih, dan sebagainya. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "tangan" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari kekuatan dan kemampuan. Kata "baju" memiliki makna fisik berupa pakaian yang menutupi bagian tubuh dari leher ke bawah. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "baju" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari identitas dan kebanggaan. Kata "singsingkan" memiliki makna fisik berupa tindakan menggulung ke atas. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "singsingkan" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai tindakan untuk siap berjuang dan berkorban. Kata "negara" memiliki makna fisik berupa suatu wilayah yang dihuni oleh suatu bangsa dan diperintah oleh suatu pemerintahan. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "negara" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari bangsa dan tanah air.

Aspek Signified: Pada lirik "Tangan Bajumu Singsingkan untuk Negara" dibuka dengan panggilan kepada para pemuda dan pemudi untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa dan negara. Panggilan ini disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang kuat dan semangat, seperti "bangun", "berjuang", dan "berkorban". Panggilan ini mengajak para pemuda dan pemudi untuk menyadari pentingnya peran mereka dalam pembangunan bangsa dan negara. Pemuda dan pemudi merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi besar untuk memajukan bangsa dan negara. Oleh karena itu, mereka harus siap untuk bekerja keras dan berkorban demi kemajuan bangsa dan negara.


3. Lirik “Masa yang akan datang, kewajibanmu lah”

Aspek Signifier: Kata "masa" memiliki makna fisik berupa suatu periode waktu tertentu. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "masa" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari masa depan. Kata "akan" memiliki makna fisik berupa suatu peristiwa atau keadaan yang akan terjadi. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "akan" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari harapan dan optimisme. Kata "datang" memiliki makna fisik berupa suatu peristiwa atau keadaan yang akan muncul. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "datang" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari tantangan dan peluang. Kata "kewajiban" memiliki makna fisik berupa suatu hal yang harus dilaksanakan. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "kewajiban" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari tanggung jawab. Kata "mu" memiliki makna fisik berupa kata ganti orang kedua tunggal. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "mu" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari pemuda dan pemudi Indonesia.

Aspek Signified: Lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" pada lirik “Masa yang akan datang, kewajibanmu lah” dibuka dengan gambaran cerah ini digambarkan sebagai masa yang penuh dengan harapan dan optimisme. Masa depan yang cerah ini juga digambarkan sebagai masa yang penuh dengan tantangan dan peluang. Gambaran masa depan yang cerah ini bertujuan untuk memotivasi para pemuda dan pemudi untuk memperjuangkan masa depan tersebut. Pemuda dan pemudi harus menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan masa depan yang cerah tersebut. Lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" juga menegaskan bahwa pemuda dan pemudi memiliki kewajiban untuk memperjuangkan masa depan yang cerah. Kewajiban ini didasarkan pada tanggung jawab pemuda dan pemudi sebagai generasi penerus bangsa. Pemuda dan pemudi merupakan generasi yang memiliki potensi besar untuk memajukan bangsa dan negara. Oleh karena itu, mereka memiliki kewajiban untuk memperjuangkan masa depan yang cerah bagi bangsa dan negara. Lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" juga mengandung kepercayaan kepada pemuda dan pemudi untuk memajukan bangsa dan negara. Kepercayaan ini didasarkan pada potensi besar yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi. Pemuda dan pemudi memiliki semangat yang tinggi, kreativitas yang tinggi, dan tekad yang kuat. Oleh karena itu, mereka dipercaya untuk memajukan bangsa dan negara.


4. Lirik “Menjadi tanggunganmu terhadap nusa”

Aspek Signifier: Kata "menjadi" memiliki makna fisik berupa suatu peristiwa atau keadaan yang berubah. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "menjadi" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari tanggung jawab yang harus dipikul. Kata "tanggungan" memiliki makna fisik berupa suatu beban atau kewajiban yang harus dipikul. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "tanggungan" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari tanggung jawab yang harus diemban. Kata "mu" memiliki makna fisik berupa kata ganti orang kedua tunggal. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "mu" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari pemuda dan pemudi Indonesia. Kata "nusa" memiliki makna fisik berupa suatu wilayah yang dihuni oleh suatu bangsa dan diperintah oleh suatu pemerintahan. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "nusa" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari bangsa dan tanah air.

Aspek Signified: Pada lirik ini menegaskan bahwa pemuda dan pemudi memiliki tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Tanggung jawab ini didasarkan pada kedudukan pemuda dan pemudi sebagai generasi penerus bangsa. Pemuda dan pemudi merupakan generasi yang memiliki potensi besar untuk memajukan bangsa dan negara. Oleh karena itu, mereka memiliki tanggung jawab untuk memperjuangkan masa depan yang cerah bagi bangsa dan negara. Lirik ini juga mengandung kepercayaan kepada pemuda dan pemudi untuk memajukan bangsa dan negara. Kepercayaan ini didasarkan pada potensi besar yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi. Pemuda dan pemudi memiliki semangat yang tinggi, kreativitas yang tinggi, dan tekad yang kuat. Oleh karena itu, mereka dipercaya untuk memajukan bangsa dan negara.


5. Lirik “Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas”

Aspek Signifier: Kata "sudi" memiliki makna fisik berupa suatu kehendak atau keinginan. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "sudi" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari tekad yang kuat. Kata "tetap" memiliki makna fisik berupa suatu keadaan yang tidak berubah. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "tetap" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari konsistensi. Kata "berusaha" memiliki makna fisik berupa suatu tindakan untuk mencapai tujuan. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "berusaha" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari perjuangan. Kata "jujur" memiliki makna fisik berupa suatu keadaan yang sesuai dengan kenyataan. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "jujur" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari integritas. Kata "ikhlas" memiliki makna fisik berupa suatu keadaan yang tidak mengharapkan imbalan. Namun, dalam lirik lagu ini, kata "ikhlas" juga memiliki makna metaforis, yaitu sebagai simbol dari ketulusan.

Aspek Signified: Pada lirik ini menegaskan bahwa pemuda dan pemudi harus memiliki keinginan untuk tetap berusaha dalam memperjuangkan bangsa dan negara. Keinginan ini didasarkan pada kenyataan bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa dan negara adalah perjuangan yang panjang dan penuh tantangan.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis signifier dan signified pada lagu “Bangun Pemuda Pemudi” karya Alfred Simanjutak, dapat disimpulkan bahwa lagu ini tidak hanya merupakan sebuah karya musik, tetapi juga sebuah medium semiotika yang memberikan inspirasi dan dorongan kepada generasi muda untuk mengambil peran aktif dalam membangun masyarakat dan negara mereka.


Pembahasan setiap lirik lagu mengajak pemuda dan pemudi Indonesia untuk bangkit, berperan aktif, dan bertanggung jawab dalam memajukan bangsa dan negara. Metafora yang digunakan, seperti "bangun pemuda pemudi," "tangan bajumu singsingkan untuk negara," dan lainnya, memberikan pesan tentang pentingnya semangat, kewajiban, dan pengorbanan dalam upaya membangun masa depan yang cerah.


Selain itu, lirik-lirik tersebut menekankan nilai-nilai seperti keteguhan hati, kejujuran, ketulusan, dan budi pekerti luhur sebagai landasan moral bagi pemuda dan pemudi. Dalam konteks ini, mereka diharapkan bukan hanya sebagai generasi penerus, tetapi juga sebagai pemimpin masa depan yang memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negara. Keseluruhan lirik-lirik tersebut membangun narasi yang menggugah semangat dan tanggung jawab generasi muda Indonesia dalam mencapai kemajuan dan kejayaan bangsa melalui perjuangan, integritas, dan sikap yang baik.


15. Penulis Jurnal : Erwin setyawan, Yohanes Probo Dwi S, Teguh Hidayatul R

        Judul Jurnal : Pesan Moralitas dalam Lagu Hanya Rindu Karya Andmesh                                                      Kamaleng

        Halaman Jurnal : 1- 9


Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah denotasi, konotasi, dan mitos pada lagu "Hanya Rindu" karya Andmesh Kamaleng. Implementasi pendekatan kajian mengenai tanda merupakan bentuk pembelajaran bagaimana kita menggali dan menemukan makna yang tersirat pada video klip dalam lagu tersebut dalam kajian semiotika. Pola pendekatan yang dipakai dalam analisis deskriptif ini adalah pendekatan kualitatif. Sumber penelitian ini adalah keutuhan seluruh tayangan video klip yang ada dalam lagu "Hanya Rindu" karya Andmesh. Data adalah teks lagu yang terdapat denotasi, konotasi, dan mitos. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan teknik analisis dengan teknik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari pengambilan potongan-potongan video klip yang kemudian dianalisis dalam kajian semiotika Roland Barthes menunjukkan adanya pesan moral yang tampak dalam lagu tersebut, yakni bahwa kehidupan semakin bermakna dan bernilai bila diisi oleh tindakan yang selalu menghadirkan kebaikan, dalam doa, perhatian, dan apapun yang dapat dilakukan untuk terus memaknai hidup yang dijalani.


Metode

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif, dengan analisis pendekatannya memakai semiotika Roland Barthes. Dalam pendekatan kualitatif yang dilakukan secara terstruktur, diharapkan dapat menemukan dan menghasilkan temuan serta pencapaian hasil secara mendalam dan luas. Selain itu, hasil-hasil ulasan yang nanti dijabarkan dalam pembahasan mampu memberikan sumbangsih secara menyeluruh yang dapat membawa ide-ide pencerahan yang baik (Sofyan, 2021). Sumber data dalam penelitian ini adalah video dan teks lagu "Hanya Rindu" yang dipopulerkan oleh Andmesh. Data penelitian adalah teks dan video yang menunjukkan makna denotasi, konotasi, dan mitos. Teknik pengumpulan data melalui teknik dokumentasi, yakni mengunduh lagu dan mentranskrip teks lagu. Teknik analisis menggunakan teknik deskriptif.


Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif, dengan analisis pendekatannya memakai semiotika Roland Barthes. Dalam pendekatan kualitatif yang dilakukan secara terstruktur, diharapkan dapat menemukan dan menghasilkan temuan serta pencapaian hasil secara mendalam dan luas. Disamping itu pula, hasil-hasil ulasan yang nanti dijabarkan dalam pembahasan mampu memberikan sumbangsih secara menyeluruh yang dapat membawa ide-ide pencerahan yang baik (Sofyan, 2021). Sumber data dalam penelitian ini adalah video dan teks lagu "Hanya Rindu" yang dipopulerkan oleh Andmesh. Data penelitian adalah teks dan video yang menunjukkan makna denotasi, konotasi, dan mitos. Teknik pengumpulan data melalui teknik dokumentasi, yakni mengunduh lagu dan menranskrip teks lagu. Teknik analisis menggunakan teknik deskriptif.


Makna Denotasi

Melalui makna denotasi yang dapat dilihat secara keseluruhan, di sini terlihat dalam tampilan gambar tersebut bahwa Andmesh digambarkan sebagai sosok yang tengah berada di teras rumah atau tengah berada di luar rumah dan tengah membuka pintu untuk masuk ke dalam rumah. Nuansa yang ditampilkan dalam keseluruhan tayangan video klip tersebut bernuansa gelap, dengan keadaan yang serba tak jelas dan hitam (Wattimena, 2020a). Di satu sisi, di tengah keadaan gelap dengan nuansa yang tidak jelas, terlihat nuansa lain yang tampak, yakni adanya warna putih dengan samar-samar. Keadaan dalam video klip tersebut, nuansa yang ditampilkan berwarna putih samar dan gelap. Perpaduan kedua warna hitam dan putih ini masih terlihat, meskipun tidak tergambar secara nyata. Namun, secara keseluruhan masih dapat terlihat gambar dan nuansa yang hadir pada video klip tersebut.


Makna Konotasi

Terkait dengan makna yang ada pada tayangan video klip lagu "Hanya Rindu" karya Andmesh tersebut, pemahaman makna konotasi, yakni makna tidak sebenarnya, dapat dilihat ketika pada awal tayangan lagu tersebut, nuansa hitam yang ditampilkan atau nuansa gelap yang secara keseluruhan mendominasi. Makna konotasi dalam awal tayangan lagu ini hendak menuturkan bahwa dalam kehidupan manusia, kita berhadapan dengan keadaan yang serba tidak jelas dan menentu. Artinya, terkait dengan kondisi yang ditampilkan di awal lagu tersebut, kita perlu menyadari bahwa di tengah situasi kehidupan yang tengah dihadapi saat ini, kita tengah berhadapan dengan sebuah keadaan yang sebenarnya bisa kita atasi dan tidak dapat kita atasi. Kita berhadapan dengan sesuatu yang masih dibutuhkan pemahaman lebih lanjut, yakni bagaimana keberlangsungan kehidupan manusia selanjutnya terhadap situasi pandemi yang tengah bangsa kita hadapi (Hanifah, 2021). Situasi yang tidak dapat kita atasi inilah yang memerlukan pemahaman kita secara menyeluruh, apalagi bila kita berhadapan dengan yang pasti, yakni kematian.


Mitos

Terkait dengan mitos yang dapat ditarik atas makna awal video klip tersebut, pemahaman menyeluruh yang dapat ditampilkan pada gambar 1 ini secara keseluruhan merepresentasikan mengenai kehidupan dan masa depan manusia. Hidup ini adalah sesuatu perubahan yang membawa kita pada pemahaman dengan pengalaman hidup yang kita alami. Namun, di satu sisi, kita juga berhadapan dengan sesuatu yang sebenarnya sangat sulit untuk dapat kita atasi, duga, atau lampaui. Maka adanya warna hitam pada lagu "Hanya Rindu" tersebut mencerminkan keadaan yang identik dengan nuansa kesedihan dan berduka. Artinya, warna hitam adalah warna keadaan sedih yang sangat identik dengan kehidupan manusia (Sofyan, 2021). Warna hitam dipahami sebagai warna yang menjadi kedukaan dalam kehidupan masyarakat kita saat ini. Warna hitam adalah representasi sedih yang hendak disampaikan oleh audiens yang mendengar dan menyimak video klip tersebut.


Kesimpulan

Berdasarkan analisis makna denotasi, konotasi, dan semiotik, menghasilkan simpulan sebagai berikut. Dalam semiotika Barthes, makna denotasi yang terdapat pada lirik dan tampilan video klip lagu Andmesh, didapatkan sebuah pemahaman mendasar bahwa pesan moral yang tersampaikan dan terdapat pada lagu tersebut merupakan bentuk solidaritas yang dimiliki oleh manusia dalam keluarga. Rasa rindu yang digambarkan dalam lagu tersebut menghadirkan pesan bahwa kebersamaan yang terjadi antara anak dan ibu adalah sebuah kebersamaan yang menghidupkan. Artinya, kebersamaan antara anak dan ibu, dalam hal ini juga ayah yang ada dalam keluarga, menjadi pondasi utama bagaimana seorang anak mengenal kasih sayang, perhatian, dan cinta yang diberikan dengan penuh tanggung jawab.


Dalam makna konotasi, yakni makna tidak sebenarnya, secara tersembunyi terlihat bahwa orang tua yang menyayangi anaknya akan mendidik dan memberikan yang terbaik buat anaknya. Cinta kepada anak adalah segalanya. Maka, seorang ibu akan memberikan yang terbaik agar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang cakap dan memperoleh pendidikan optimal. Sebagai contoh, Andmesh belajar bernyanyi karena hasil didikan dari orang tuanya. Orang tuanya yang mendukung agar ia memilih hal yang dia sukai dan senang dilakukan. Andmesh memilih bernyanyi sebagai cara yang dilakukan untuk mengembangkan bakat dan dirinya agar dapat tumbuh dan belajar menjadi pribadi yang semakin dewasa dan bijaksana. Dinamika dalam suatu hubungan yang ada antara anak menjadi warna yang menarik. Bagaimana Andmesh dan ibunya terus menjaga suatu hubungan. Ketika ibunya meninggal, hubungan ini terus dijaga, artinya Andmesh berusaha untuk terus membangun relasi dengan ibunya yang telah tiada. Ia tidak melupakannya. Dengan bahasa verbal dan nonverbal ia menunjukkan cintanya.


Pemahaman mitos yang dapat ditarik dan diuraikan sebagai tindak lanjut yakni adanya cinta yang terus hidup dan diperjuangkan. Hubungan yang erat antara makna denotasi dan konotasi, mitos tersebut di antaranya terjalin dalam hubungan yang bisa direpresentasikan secara mendalam, yakni bagaimana hadirnya dan tumbuhnya upaya menghidupkan cinta dalam bahasa nonverbal tersebut dalam segala tindak tanduk perbuatan dan perhatian di antara anak dan ibu dalam keluarga. Dari konteks di atas, dapat dilihat kembali bahwa usaha terus-menerus menghidupkan nilai-nilai moralitas dalam bahasa verbal dan nonverbal menjadi keutamaan yang baik dalam menghasilkan perbuatan yang baik bagi mereka yang sudah meninggal.


16. Penulis Jurnal : Argenta Diansyah Pradana, Didik Hariyanto

        Judul Jurnal : Semiotika dalam Lagu OMG oleh New Jeans Mendekripsi Realitas                                           Industri Kpop

        Halaman Jurnal : 1- 14


Tujuan

Studi ini menggunakan pendekatan semiotik Charles Sanders Peirce untuk mengurai simbol dan tanda dalam video musik "OMG" oleh New Jeans, bertujuan untuk mengungkap realitas yang tersembunyi dalam industri K-Pop. Melalui teknik observasi dan tinjauan literatur, analisis ini mengungkap tiga tema utama: kepatuhan ketat yang diharapkan dari idola terhadap agensi dan basis penggemar mereka, stereotip gender yang merajalela, serta dampak interaksi parasosial. Temuan ini menekankan tekanan yang dihadapi oleh para idola, mencerminkan ekspektasi masyarakat luas dan dinamika komersial industri hiburan. Studi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman tentang representasi media dalam K-Pop tetapi juga memicu dialog tentang implikasi lebih luas dari potretan ini terhadap persepsi budaya dan kesejahteraan idola.


Metode

Penelitian ini mengaplikasikan suatu pendekatan yaitu pendekatan kualitatif semiotika dari Charles Sanders Peirce yang berfokus untuk mengkaji tentang realitas melalui symbol atau tanda yang terdapat dalam MV New Jeans "OMG". Menurut Moleong dalam Harahap (2020) kualitatif adalah suatu metode observasi untuk menafsirkan fenomena yang dialami subjek dari pengamatan tindakan, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara cara pandang yang menyeluruh dan dengan melalui deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dalam konteks alami yang ditentukan dan menggunakan berbagai metode alami.

Teknik pengumpulan data dari penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data primernya adalah dengan menonton MV New Jeans "OMG" dengan melalui media Youtube durasi 6 menit 34 detik di Channel Hybe Labels dengan link (https://www.youtube.com/watch?v=_ZAgIHmHLdc), sedangkan data sekunder dengan melakukan studi literatur yang di ambil melalui jurnal, buku, internet.

Peneliti menganalisis MV New Jeans "OMG" dengan melalui observasi yang akan dibedah dan akan mengambil data dengan memilih scene yang berhubungan tentang esensi dari industri Kpop. Setelah data dipilih selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan metode pendekatan semiotika dengan cara membedah sebuah makna tanda.


Hasil Penelitan

NewJeans adalah sebuah grup idol Korea yang terdiri dari 5 orang perempuan, mereka adalah Minji, Hanni, Danielle, Haerin, dan Hyein. Minji yang mempunyai nama asli Kim Minji yang lahir pada tanggal 7 Mei 2004 berkebangsaan Korea, Hanni mempunyai nama asli Pham Ngoc Han atau Hanni Pham lahir pada tanggal 6 Oktober 2004 yang berasal dari Vietnam namun mempunyai darah campuran dengan Australia. Yang ketiga ada Danielle mempunyai 2 nama dikarenakan darah campuran Korea dan Australia, Danielle mempunyai nama Inggris yaitu Danielle Marsh sedangkan nama Koreanya adalah Mo Jihye. Danielle lahir pada tanggal 11 April 2005. Lalu ada Haerin yang memiliki nama Asli Kang Herin lahir pada tanggal 15 Mei 2006 mempunyai darah asli Korea, yang terakhir ada Hyein yang mempunyai 3 nama yaitu nama asli Lee Hyein, nama China Li Huiren, dan nama Inggris yaitu Grace Lee. Hyein mempunyai darah asli Korea yang lahir pada tanggal 21 April 2008.


NewJeans memulai debut pada tanggal 22 Juli 2022 dengan membawa single yang berjudul Attention yang langsung meledak, idol grup ini berada di naungan anak dari perusahaan HYBE yaitu ADOR.

Lagu OMG adalah single dari NewJeans yang rilis pada 2 Januari 2023 yang disutradarai oleh Wooseok Shin (DOLPHINERS FILM) dan di produseri oleh Min Hee Jin. MV yang berjudul OMG ini menceritakan tentang masing-masing dari member mengalami gangguan kesehatan mental. Masing-masing dari member mempunyai halusinasinya mereka sendiri yang bermacam-macam, MV ini dibuat untuk menyindir Haters serta beberapa creator maupun agensi yang menaungi idol grup. penyanyi K-pop dibentuk gaya musik, gaya berpakaian, hingga perilakunya oleh agensi yang menaunginya bukan penyanyi tersebut yang membentuk dirinya sendiri. Hal ini didasari oleh budaya konsumen, produk akan dibuat sesempurna mungkin hingga memunculkan impian bagi pembelinya dan hal ini umum dalam sistem kapitalis, hingga bentuk tubuh perempuan maupun laki-laki memiliki peranan penting dalam membentuk sebuah identitas sebuah produk (Rosida, 2018)


Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah MV New Jeans "OMG" menggambarkan realitas industri hiburan Korea di mana personel idol K-Pop dituntut untuk menjadi sempurna oleh para penggemar. Mereka dibentuk oleh agensi mereka untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen atau penggemar yang beraneka ragam. Beberapa dari mereka menjalani hal tersebut dengan perasaan tidak senang, sementara ada juga yang merasa tertekan karena mereka harus tampil tidak sesuai dengan diri mereka sendiri. Mereka dibentuk untuk mendapatkan banyak penggemar, dan meskipun memiliki banyak penggemar dapat memberikan keuntungan, namun juga membawa beban yang berat karena harus memenuhi harapan penggemar. Jika seorang idol tidak memenuhi harapan penggemar, hal tersebut dapat menimbulkan reaksi dari para penggemar yang dapat mempengaruhi kehidupan pribadi seorang idol. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk lebih mendalami sisi lain atau realitas dalam industri K-Pop, karena masih sedikit penelitian yang membahas aspek tersebut. Kebanyakan penelitian lebih fokus pada keberhasilan atau sisi luar industri tersebut.


17. Penulis Jurnal : Anindita Fikri Amalia, Nurdien Harry Kristanto, dan Sukarjo Waluyo

       Judul Jurnal : Semiotika Nonverbal dalam Musik Video “Azza” Karya Rhoma                                                  Irama (Kajian Semiotika Roland Barthes)

       Halaman Jurnal : 1- 18


Tujuan

penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi semiotika non-verbal dan hubungannya dengan semiotika Roland Barthes, khususnya konotasi dan denotasi. Menggunakan musik video "Azza" karya Rhoma Irama sebagai objek penelitian, metode yang digunakan adalah kualitatif untuk mengidentifikasi tanda-tanda non-verbal dalam objek kajian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam musik video "Azza" karya Rhoma Irama, terdapat tujuh tanda-tanda tubuh yang teramati, yaitu (a) sinyal; (b) ekspresi wajah; (c) kontak mata; (d) bahasa tubuh; (e) sentuhan; (f) isyarat; dan (g) tarian. Selain itu, terdapat kaitan dengan semiotika Roland Barthes, di mana tanda-tanda yang disajikan dalam video musik tersebut mengandung makna konotatif dan denotatif yang ingin disampaikan oleh penyanyi melalui karya musik dan visualnya. Terlihat bahwa makna konotatif dalam video musik "Azza" yang dinyanyikan oleh Rhoma Irama tercermin dari adegan-adegan yang memuliakan kekuasaan Tuhan.


Metode

Dalam penelitian yang menggunakan objek penelitian video musik “Azza” karya Rhoma Irama ini, digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari objek penelitian berupa naskah, kalimat, dan wacana. Analisis tersebut membantu peneliti dalam menemukan hasil penelitian, khususnya mengenai semiotika nonverbal yang terkait dengan makna konotatif dan denotatif dalam video musik “Azza” karya Rhoma Irama. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dengan pengamatan dan analisis terhadap tanda-tanda tubuh dalam video musik tersebut. Selanjutnya, hasil analisis terkait tanda-tanda tubuh tersebut dikaitkan dengan makna denotatif dan konotatif yang terdapat dalam video musik tersebut.


Hasil Penelitian

Secara garis besar, makna konotatif yang tergambar dari adegan-adegan dalam video musik “Azza” yang dinyanyikan oleh Rhoma Irama adalah mengagungkan kekuasaan Tuhan. Rhoma Irama memasuki panggung dengan nuansa subuh hari, menandai permulaan lagu dengan sinar matahari yang mulai muncul, sambil mengagungkan nama Allah dan mengangkat tangannya. Adegan tersebut mencerminkan penghormatan dan pengabdian kepada Tuhan. Diikuti oleh adegan seorang wanita dengan tata rias dan busana khas Timur Tengah, yang menunjukkan ketegasan dan kemewahan. 


Wanita tersebut, melalui mimik wajahnya yang kebingungan, mencerminkan sosok yang sedang mencari jati dirinya dan kebebasan dalam masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai patriarki. Rhoma Irama menggunakan model wanita sebagai tokoh utama, menyoroti problematika inferioritas dan pencarian akan hakikat kehidupan. Adegan tari sufi menekankan pencarian akan kebenaran dan bantuan tulus dari Tuhan. Pada akhirnya, pertemuan sang wanita dengan rombongan pasukan berkuda menunjukkan bahwa ia telah menemukan makna hidupnya. Bendera merah yang dibawa oleh pasukan tersebut melambangkan perjuangan untuk kebenaran.


Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang terkait dengan tujuh bahasa tubuh dan hubungannya dengan makna konotatif dan denotatif, dapat dipahami bahwa bahasa tubuh dalam video musik “Azza” yang dibawakan oleh Rhoma Irama merupakan bentuk komunikasi. Kehadiran pesan tersebut harus dinilai dari perspektif pragmatis agar dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Penerimaan pesan dari pengirim ke penerima membuat pesan tersebut terasa masuk akal dan tidak menimbulkan kebingungan yang bisa menyebabkan konflik dan masalah dalam penerimaannya.


Rasionalisasi ini menghasilkan terbentuknya hubungan komunikasi yang saling menerima antara pengirim dan penerima pesan sehingga memberikan dampak positif dalam hubungan komunikasi mereka. Dalam video musik “Azza”, terdapat tujuh tanda-tanda tubuh yang digunakan, seperti sinyal, ekspresi wajah, kontak mata, bahasa tubuh, sentuhan, isyarat, dan tarian. Kaitannya dengan semiotika Roland Barthes, tanda-tanda yang diekspresikan dalam video musik tersebut memiliki makna konotatif dan denotatif yang ingin disampaikan oleh penyanyi melalui musik dan videonya.


Dalam konteks non-verbal, Rhoma Irama menggunakan bahasa tubuh, isyarat, dan tarian. Sentuhan fisik, baik pada lawan main dalam video maupun pada dirinya sendiri, jarang terjadi dalam video musik ini.


Makna konotatif yang terpancar dalam video musik “Azza” menyoroti pengagungan terhadap kekuasaan Tuhan. Video tersebut juga menunjukkan seorang wanita yang mengenakan busana khas Timur Tengah, yang diibaratkan sebagai sosok yang bingung dengan dirinya sendiri. Namun, pada akhirnya, ia menemukan kedamaian ketika bertemu dengan rombongan pasukan berkuda yang dipimpin oleh Rhoma Irama. Ini menggambarkan bahwa wanita tersebut telah menemukan makna dalam pencarian akan jati dirinya.


18. Penulis Jurnal : Axcell Nathaniel & Amelia Wisda Sannie

        Judul Jurnal : ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA KESENDIRIAN PADA LIRIK LAGU                                           “RUANG SENDIRI” KARYA TULUS

        Halaman Jurnal : 1- 11


Tujuan

Artikel ini menganalisis makna kesendirian dalam lirik lagu “Ruang Sendiri” karya Tulus melalui pendekatan semiotika Roland Barthes. Pendekatan ini membahas makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif interpretif, yang mengadopsi pendekatan induktif dari data spesifik ke kesimpulan umum. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen, yang mencakup penelusuran dan pengumpulan data dari berbagai sumber yang relevan. Hasil analisis semiotika terhadap lirik lagu “Ruang Sendiri” adalah sebagai berikut.


Makna denotasi dari lirik lagu “Ruang Sendiri” mengungkapkan keinginan penulis lagu untuk merasakan kebebasan dan kesendirian tanpa kehadiran pasangan. Konotasinya mencerminkan perasaan bosan terhadap hubungan dengan pasangan, di mana penulis lagu merasa kebingungan tentang perasaannya terhadapnya. Makna mitosnya adalah upaya pencipta lagu untuk menyampaikan bahwa kesendirian dan waktu untuk melakukan hal-hal sendiri tidak selalu mengharuskan keberadaan pasangan bagi setiap individu yang tengah menjalani hubungan romantis.



Metode

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami makna kesendirian yang terkandung dalam lirik lagu “Ruang Sendiri” karya Tulus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif interpretif. Pendekatan kualitatif ini mengikuti cara berpikir induktif, yang berarti penelitian dilakukan dari data spesifik menuju kesimpulan umum. Dalam penelitian ini, data dianalisis secara mendalam melalui wawancara mendalam, di mana temuan tidak didasarkan pada prosedur statistik atau perhitungan lainnya.


Dalam paradigma interpretif, kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang subjektif dan dibentuk oleh partisipan, di mana peneliti sendiri turut berperan sebagai salah satu partisipan. Meskipun demikian, penelitian ini tidak sepenuhnya mengandalkan apa yang dikatakan oleh partisipan, karena terdapat penilaian eksternal dari peneliti. Dalam pendekatan semiotika, tanda-tanda dan makna yang terdapat dalam lirik lagu “Ruang Sendiri” dianalisis secara mendalam untuk menghasilkan pemahaman yang rinci mengenai makna yang tersirat di balik tanda-tanda tersebut.


Hasil Penelitian

Lagu yang dijadikan objek adalah lirik lagu "Ruang Sendiri" yang terdapat di dalam album ketiga Tulus yang berjudul "Monokrom". Lirik lagu tersebut dianalisis dengan menggunakan teori semiotika dari Barthes yang terdiri atas makna denotasi, konotasi, dan mitos sehingga diketahui makna kesendirian di dalam lagu tersebut.


Makna Denotasi

Bertitik tolak pada pendapat Barthes, makna denotasi atau makna sebenarnya dari sebuah kata dapat diketahui melalui cara yang diterangkan dalam kamus. Oleh karena itu, untuk mengetahui makna denotasi kata-kata yang terdapat dalam lirik lagu "Ruang Sendiri", dilakukan dengan cara merujuk makna yang tersurat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI dijadikan rujukan karena kata-kata yang digunakan dalam lirik lagu itu termasuk dalam kosakata bahasa Indonesia, sehingga kemungkinan diperolehnya penjelasan tentang makna sebuah kata cukup besar.


Dalam lirik lagu "Ruang Sendiri" ada beberapa kata, frase, atau kalimat yang perlu diketahui makna denotasinya, misalnya kata besar, rasa, kita, ruang, seberapa besar rasa, dan "Kita butuh ruang". Makna denotasi kata besar dalam KBBI artinya 'lebih tidak dalam jumlah sedikit'. Kata rasa artinya perasaan yang dialami. Kata kita artinya persona pertama, yang berbicara bersama dengan orang lain termasuk yang diajak bicara. Kata butuh artinya 'sangat memerlukan'. Kata ruang artinya 'sebuah rongga'. Makna denotasi dari frase seberapa besar rasa adalah 'suatu perasaan yang banyak/luas yang dirasakan tidak dalam jumlah sedikit'. Makna denotasi "Kita butuh ruang" adalah 'penulis lagu dan orang yang diajak bicara memerlukan rongga di antara mereka berdua untuk mengetahui perasaan yang mereka punya'.


Makna Konotasi

Makna konotasi merupakan makna kultural atau emosional yang bersifat subjektif dan mengandung makna di samping makna dasar umum. Makna konotasi lirik lagu "Ruang Sendiri" ditempuh melalui penafsiran baris-baris yang membangun lirik lagu tersebut.


Dari keseluruhan baris dan hubungan di antaranya dapat ditafsirkan makna konotasi lirik lagu "Ruang Sendiri", yakni menyatakan sebuah hubungan percintaan, yang memposisikan penulis lagu sebagai seseorang yang sudah lama tidak merasakan adanya kesendirian, kebebasan dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Penulis lagu juga menggambarkan bahwa selama ini pasangannya selalu ada di dalam kesehariannya, tidak ada jarak yang dibuat, sehingga penulis merasa adanya rasa bosan terhadap pasangannya, tidak tahu lagi bagaimana perasaannya kepada pasangannya, karena semua hal yang dilakukan bersama tanpa adanya jarak dan waktu untuk sendiri. Penulis lagu juga ingin memberitahu kepada pendengar untuk memberikan pemahaman bahwa kesendirian itu bukan hal yang buruk dan menakutkan, bahkan waktu untuk sendiri diperlukan, terutama di dalam sebuah hubungan percintaan.


Makna Mitos

Dalam hal ini, kesendirian yang sudah lama tidak dirasakan oleh penulis lagu ingin dapat dirasakan kembali, sehingga mereka dapat mengetahui apakah mereka masih saling mencintai dan membutuhkan. Adanya waktu untuk dapat merasakan kesendirian dalam lagu ini dapat menjadi penguat di dalam hubungan percintaan. Melalui aktivitas yang dijalankan masing-masing, mereka dapat merasakan kembali perasaan rindu yang menjadi penguat dalam hubungan pacaran dan mereka membutuhkan waktu untuk dapat merasakan "Kesendirian" tersebut.


Kesimpulan

Mitos yang didapat berkaitan dengan kesendirian pada konteks hubungan pacaran, yaitu dibutuhkannya waktu untuk sendiri, tidak harus selalu dengan pasangan. Kesendirian juga digambarkan sebagai sesuatu yang baik dalam sebuah hubungan pacaran. Makna denotasi yang didapatkan dari lirik ini secara keseluruhan memiliki makna mengenai suatu keadaan, pada saat penulis lagu menginginkan untuk merasakan rasanya sendiri, bebas, dan tidak selalu ada dengan orang yang bersamanya. Melalui kesendirian tersebut, dapat muncul perasaan rindu yang sudah lama tidak dirasakan.


Makna konotasi yang didapatkan mengacu kepada sebuah hubungan percintaan, yakni penulis lagu sebagai seorang yang sudah lama tidak merasakan adanya kesendirian, kebebasan dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Penulis lagu juga menggambarkan bahwa selama ini pasangannya selalu ada di dalam kesehariannya, tidak ada jarak yang dibuat, sehingga penulis merasa adanya rasa bosan terhadap pasangannya, tidak tahu lagi bagaimana perasaannya kepada pasangannya, karena semua hal dilakukan bersama tanpa adanya jarak dan waktu untuk sendiri. Penulis lagu juga ingin memberitahu kepada pendengar untuk memberikan pemahaman bahwa kesendirian itu bukan hal yang buruk dan menakutkan. Bahkan, waktu untuk sendiri diperlukan, terutama di dalam sebuah hubungan percintaan.


Makna kesendirian pada lirik lagu yang dimaksud merupakan waktu untuk sendiri, tidak selalu bersama dengan pasangannya. Dalam konteks hubungan percintaan, kesendirian memiliki makna positif dan dibutuhkan oleh orang yang menjalani hubungan pacaran tersebut.


19. Penulis Jurnal : Dewi Kartika Sari

       Judul Jurnal            :  Analisis Semiotika Lirik Lagu Berjudul “Online”

        Halaman Jurnal : 1- 24


Tujuan

Tulisan ini akan mengulas lirik-lirik lagu yang menandai kemunculan masyarakat informasi di Indonesia. Lirik lagu yang diamati adalah lirik lagu berjudul “Online” yang dipopulerkan oleh artis Saykoji. Teori yang digunakan adalah semiotika Saussure. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lagu yang berjudul "Online" menggambarkan karakteristik masyarakat era informasi pada saat itu.


Metode

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Creswell (John W., 2014:4) merupakan sebuah pendekatan untuk mengeksplorasi dan memahami hal-hal yang dipahami oleh individu ataupun kelompok terhadap permasalahan sosial atau permasalahan kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, dimana pengumpulan datanya diperoleh dari lingkungan partisipan, data analisisnya diperoleh dengan pemikiran induktif, serta peneliti membuat interpretasi dari data yang dimaknai. Laporan penelitian kualitatif memiliki struktur yang fleksibel. Peneliti juga memahami pentingnya memaknai keseluruhan kompleksitas dari situasi tertentu.


Jenis penelitian yang digunakan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian ini terbagi menjadi dua hal, yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari dokumen lirik lagu berjudul "Online" dan lirik lagu berjudul "Kamu". Sementara data sekundernya diperoleh dari jurnal, buku, dan dokumen lain yang mendukung analisis penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi secara langsung terhadap lirik lagu berjudul "Online".

Langkah-langkah ilmiah dalam penelitian deskriptif adalah Seleksi dan perumusan permasalahan penelitian, Memutuskan arah penelitian, Penentuan batasan penelitian atau ruang lingkup penelitian, Penentuan teori, Penyelidikan pada sumber acuan atau referensi, Perumusan asumsi awal yang ingin dikaji, Pengumpulan data di lapangan, Jika ada data statistik, maka dilakukan analisis terhadap data tersebut, Melakukan pemaknaan pada data yang telah dikumpulkan, Membuat abstraksi sekaligus deduksi dari temuan-temuan dalam penelitian, dan Melaporkan hasil kerja sesuai prosedur ilmiah. Sedangkan Pengujian objektivitas hasil penelitian dilakukan dengan triangulasi dokumen hasil penelitian terkait dengan analisis semiotika lirik lagu.


Hasil Penelitian

Rima bridge pada lagu ini adalah AABB. Bridge ini menceritakan mengenai perilaku kecanduan Internet seseorang. Diceritakan ketika makan siang pun ia tetap mencari sinyal wifi untuk bisa mengakses Internet. Dalam lirik lagu tersebut, ia sendiri sebenarnya juga bertanya kepada dirinya sendiri mengapa ia bisa sampai kecanduan. Tapi ketika ia ingin lepas dari kecanduan mengakses Internet, ia seolah tidak berdaya. Ia sebenarnya ingin mengubah namun ada email yang membuyarkan perenungannya dan akhirnya ia kembali kecanduan Internet.


Berdasarkan hasil penelitian seorang psikolog yang kemudian diberitakan di liputan6.com, seseorang bisa kecanduan Internet dimulai dari awalnya tidak terlalu sering mengakses, namun lambat laun perhatian akan terfokus dan ia akan terus fokus pada Internet tersebut. Ia mengibaratkan seperti proses identifikasi pada anak kecil. Awalnya sang anak tidak mengenal dirinya, namun ia belajar dari lingkungan dan fokus pada apa yang disampaikan oleh lingkungan. Akhirnya ketika lingkungan memanggil dia, misalnya, dia akan menaruh perhatian karena ia sejak awal fokus pada pengenalan dirinya dari lingkungan (Sucipto, 2017)


Kesimpulan

Lirik lagu berjudul “Online” ini memiliki makna mendeskripsikan kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari di masa itu. Dengan kehadiran Internet pada saat itu, seseorang digambarkan mengalami kecanduan Internet. Bentuk-bentuk kecanduan Internet adalah ingin terus terkoneksi Internet baik di rumah maupun di tempat kerja, dan selalu ingin terkoneksi Internet di siang hari dan malam hari. Akibat dari kecanduan Internet ini berakibat pada pekerjaan di kantor menjadi tidak terurus atau terbengkalai. Diceritakan bahwa seseorang lebih memilih mengakses Internet dengan membuka email, media sosial, dan video sharing daripada menyelesaikan pekerjaannya.


Kajian semiotika lagu yang mencerminkan kehidupan masyarakat dapat dilanjutkan untuk analisis lagu yang lain. Selanjutnya, penelitian dapat melihat apakah lagu selalu dibuat berdasarkan pengalaman dari masyarakat, atau apakah sebaliknya, lagu membentuk kehidupan masyarakat sehari-hari. Penelitian-penelitian ini dapat dikembangkan pula dengan melihat unsur komunikasi lain yang dikaitkan dengan lagu.


20. Penulis Jurnal : Z. Rahman, M.S.M. Al Hakim, K.W.P. Kartika

        Judul Jurnal : ANALISIS MAKNA LAGU SAZANKA (KAJIAN SEMIOTIKA)

        Halaman Jurnal : 1- 6


Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang analisis makna pada lirik lagu "Sazanka" dengan subjek penelitian adalah peneliti sendiri. Objek penelitian adalah lirik lagu band Sekai No Owari yang berjudul "Sazanka." Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode analisis wacana/observasi dan diskusi terfokus dengan sumber data lirik lagu "Sazanka." Data dianalisis dengan pendekatan semiotik deskriptif kualitatif, yang menghasilkan data berupa kalimat atau kata yang terdapat pada lirik lagu "Sazanka." Hasil dari penelitian ini adalah, (1) makna lirik Sekai No Owari berjudul "Sazanka" adalah mengenai seorang kakak yang mengerti tentang keadaan adiknya sejak awal menghadapi berbagai rintangan, kakak tersebut menemaninya serta memberikan motivasi terhadapnya hingga ia sukses.


Metode

Metode penelitian adalah cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara teliti dan terstruktur dengan maksud agar tujuan yang ingin dicapai tercapai dengan sempurna serta memahami maksud dari apa yang akan diteliti. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Adapun data yang digunakan adalah lirik lagu Jepang yang berjudul "Sazanka," yang inti dari lagu tersebut mengenai bagaimana usaha keras dari seseorang yang jatuh bangun untuk meraih impiannya, ditemani oleh seorang kakak yang selalu memberikan dukungan ketika ia mulai menyerah atau putus asa. Metode kualitatif deskriptif digunakan karena sumber data akan diperoleh dari lirik lagu yang nantinya akan dideskripsikan temuan-temuannya, tidak diperoleh dari prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.


Hasil Penelitian

1. Trikotomi Peirce

Trikotomi kedua adalah ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan, tanpa tergantung adanya sebuah denotatum. Denotatum adalah objek yang menjadi acuan tanda. Objek dalam lagu ini adalah カレンダーの印 (penanda di kalender).

a. Ikon

Ikon pada lagu "Sazanka" adalah kalender. Lagu "Sazanka" menceritakan tentang orang-orang yang mengejar mimpi dan orang yang mengawasi mereka. Hal ini sesuai dengan lirik lagu 逃げる事の方が怖いと君は夢を追い続けてきた yang menandakan seseorang yang sedang meraih mimpi, dikarenakan pada lirik 逃げる事の方が怖いと君は夢を追い続けてきた yang berarti seseorang sedang berusaha meraih mimpi. Oleh karena itu, ikon dari usaha adalah カレンダーの印 tanda di kalender.


b. Simbol

Simbol yang ada pada lagu "Sazanka" adalah sebuah usaha yang keras. Saat berjuang meraih mimpi, salah satu benda sebagai pengingat hari penting yang akan terjadi adalah kalender. Karena sesuai dengan denotatumnya, maka penanda di kalender membuktikan sebuah usaha yang telah dan akan dilakukan. Jadi, ikatan konvensional yang timbul adalah kesan usaha yang dilakukan.


Kesimpulan

Simpulan yang didapat dari analisis data adalah lirik lagu "Sazanka" memiliki denotatum penanda di kalender. Hal ini dikarenakan kalender sebagai bukti seseorang yang pernah berjuang untuk meraih mimpi. Kata "sazanka" dapat diartikan sebagai bunga kamelia. Lagu "Sazanka" menceritakan seorang yang sedang berusaha untuk meraih mimpi dan seseorang yang mendukungnya. Bagaikan seorang tokoh utama dalam sebuah cerita yang selalu berdiri di saat yang sulit, maka cerita akan terus berlanjut.



Comments

Popular posts from this blog